Mohon tunggu...
Nugraha Wasistha
Nugraha Wasistha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penggemar bacaan dan tontonan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teka-teki untuk Tunggadewi

29 Agustus 2021   10:21 Diperbarui: 11 September 2021   21:52 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa dia?" sergah Tunggadewi tak sabar.

Tangan Emban Alit sedikit gemetar ketika menunjuk satu dari ketiga emban di hadapannya. "Ada sebab kenapa hamba ingat tubuhnya yang besar. Tentu saja karena pelakunya adalah Emban Alot!"

Para penjaga langsung mengepung Emban Alot yang terbelalak. "Dia bohong, Gusti Ratu! Demi Hyang Widhi, bukan hamba pelakunya! Sumpah, hamba tak mengerti...."

"Penjaga, berikan tombakmu," perintah Tunggadewi. Matanya garang menatap Emban Alot yang gemetar ketakutan. "Kau memang licin. Seharusnya aku tahu. Siapa lagi yang bisa mematahkan leher selain yang besar dan kuat? Kau tak pantas dibiarkan hidup!"

Dengan gerakan yang sangat cepat, Tunggadewi menghujamkan tombaknya. Namun, yang membuat semua orang kaget, ternyata malah bukan Emban Alot sasarannya!

Emban Alit kaget sekali saat tombak Tunggadewi mengarah ke dadanya. Serta-merta dia menangkis dengan tangkas. Terlalu tangkas untuk seorang emban yang kecil dan kelihatan lemah. Bukan cuma tangkas, tangkai tombak itu juga patah kena tangkisannya.

Tunggadewi menyeringai padanya. "Ternyata tak butuh orang besar untuk mematahkan tombak atau leher, bukan?"

Emban Alit melotot kesal. Kedoknya telah terbongkar. Sebelum dia sempat bergerak, seluruh penjaga sudah mengepung dengan tombak terhunus. "Bagaimana...bagaimana kau bisa tahu...?"

"Karena sejak awal aku tahu kau bohong," sahut Tunggadewi. "Kau bohong waktu bilang Sekarwani dibunuh di serambi. Karena kejadiannya bukan di sini, tapi di bawah beringin. Tahu dari mana? Dari buah beringin di rambut kalian. Benda itu tak mungkin ada di sana kalau kejadiannya di serambi. Dan itu baru kebohongan pertama."

Emban Alit keheranan. Dan yang lain pun tak kalah bingung. Hanya Emban Alot yang bernafas lega.

"Patih Ranutama memastikan pembunuh itu bukan orang kidal. Padahal waktu membahas genderuwo, Emban Alot menirukan gerak menebang dengan tangan kiri. Itu berarti dia kidal. Bukan dia pembunuhnya. Kau bohong waktu bilang dialah pembunuhnya. Kau juga bohong waktu bilang kejadiannya di sini. Nah, siapa yang perlu berbohong selain pembunuhnya sendiri?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun