Mohon tunggu...
Nugraha Wasistha
Nugraha Wasistha Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas

Penggemar bacaan dan tontonan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Sedih Sang Mahapatih

7 Juli 2021   11:48 Diperbarui: 21 Juli 2021   20:27 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gajah Mada akhirnya menatap istrinya. Perasaan bersalah jelas membayang di wajahnya. Namun juga tersirat sesuatu yang lain. Sesuatu yang tak terlihat selama ini. Ada tekad yang membara di sana. "Maafkan aku," ujarnya dengan berat hati. "Tapi aku harus melakukan ini."

Nyai Sendang melangkah mendekatinya. Perempuan itu tersenyum tabah sambil memegang kedua lengannya. "Aku tahu," sahutnya terharu. "Kusadari cepat atau lambat ini akan terjadi. Dan aku terlalu mencintaimu untuk coba-coba menghalangimu."

Gajah Mada merangkul istrinya. Erat sekali. Beberapa saat berlalu sebelum akhirnya dia melepas rangkulan itu. Nyai Sendang mengelus rahang nan kokoh di hadapannya. Dengan tegar dia berkata, "Sekarang pergilah. Selamatkan putramu. Selamatkan kerajaan kita."

Dua insan itu pun berpisah. Nyai Sendang tetap berdiri di tempatnya, sementara Gajah Mada menaiki kuda salah satu musuhnya. Berderap meninggalkan gubuk dan sawahnya. Di kejauhan, dia berpaling menatap istrinya buat terakhir kali.

Sebelum menghilang dan takkan kembali.

.....

Catatan: tekhnik penyiksaan menggunakan kain penutup muka dan siraman air dinamakan waterboarding. Sejarah mencatat metode ini baru digunakan di jaman inkuisisi Spanyol dan menjadi terkenal saat digunakan militer AS untuk menginterogasi tahanan di Guantanamo.

Kisah ini merupakan sekuel kedua dari cerpen Smaradahana Sang Gajah Mada dan merupakan kelanjutan dari cerpen Mimpi Buruk Hayam Wuruk. Semua cerpen merupakan imajinasi semata dan tidak berdasar sumber sejarah manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun