'Samijo! Samijo! Matamu tuan begitu dingin dan kejam. Pisau baja yang mengorek noda dari dada. Dari tapak tanganmu angin napas neraka. Mendera hatiku berguling lepas dari rongga. Bulan jingga, telaga kepundan jingga. Hentikan, Samijo! Hentikan, ya tuan!'
Pendeknya, banyak sajak dalam buku ini yang bernuansa muram dan mengundang kesedihan. Jadi kalau pembaca hidupnya terlalu bahagia dan ingin sesekali bisa stres berat tanpa harus kemana-mana, buku ini bisa dimanfaatkan. Tidak mau? Ya itulah kenapa saya bilang buku ini juga sebaiknya (jangan) dibaca. Hehehe.
Tapi secara pribadi, ada satu sajak dalam buku ini yang tak pernah saya baca ulang. Judulnya Balada Ibu Yang Dibunuh. Soalnya saya penyayang binatang.Â
Sementara sajak ini berisi kisah memilukan tentang seekor induk hewan dan anak-anaknya yang masih kecil. Saya lupa hewan apa dan tidak ingin mengingatnya.Â
Membuka halamannya juga ogah. Ya, saya tidak kuat membaca cerita tentang hewan yang dibunuh. Tapi kalau yang baku-bunuh dalam cerita itu manusia, saya tidak masalah.
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI