Rohana mengangguk. Matanya sendu. "Aku sama-sekali tidak keberatan kau menikah lagi. Aku sangat mencintaimu. Yang kuinginkan hanyalah kebahagiaanmu. Aku justru sangat marah saat Fitria mengkhianati kepercayaanmu."
Kompol Bayu hanya bisa ternganga mendengar semua itu.
........
"Saya benar-benar bingung," kata Bayu saat kembali ke markas. "Bagaimana anda bisa tahu kalau itu pembunuhan?"
Rahadian meminum kopinya pelan-pelan. Tak ada yang lebih nikmat dari kopi hangat setelah menyelesaikan kasus.
"Kalau mau pinjam istilahnya Sherlock Holmes," kata Rahadian. "It's elementary. Sederhana saja. Ada ketidak-sesuaian antara petunjuk dan realita yang ada."
"Masih gelap buat saya," kata Bayu terus-terang. "Petunjuknya pasti surat itu. Tapi realita mana yang tidak cocok?"
Rahadian tersenyum. "Isi surat itu kan menjiplak sinetron. Jadi siapapun yang menulisnya pasti pernah menonton sinetron tersebut."
Bayu berpikir-pikir. "Tapi bagaimana anda langsung berpikir dalangnya adalah Rohana? Darimana anda bisa yakin Alfian tidak pernah menonton sinetron itu?"
"Makanya lain kali buka mata dan telinga baik-baik," kata Rahadian dengan nada pedas. "Ingat waktu kita memeriksa kamar kos Alfian? Coba katakan apa isinya?"
"Eh...hampir tidak ada apa-apa. Hanya kasur, lemari plastik, meja...."