"Ada televisi di sana?" potong Rahadian.
Bayu terkejab. Dia terdiam sejenak sebelum bergumam, "Astaga.....!"
"Persis. Dan seperti kata bapak kosnya, Alfian itu jarang bergaul. Bahkan dengan teman satu kos. Dari pabrik langsung pulang dan tidur. Dengan kebiasaan seperti itu, bagaimana dia bisa menonton sinetron kalau tidak ada televisi di kamarnya?"
"Kan bisa saja lewat aplikasi di hapenya?" Bayu tak mau kalah.
"Kau ingat kondisi di TKP, bukan? Apa yang ditemukan di kantong Alfian?"
"Dompet butut, hape jadul....." mata Bayu pun terbelalak. "Hape jadul! Benar juga! Tidak mungkin dia nonton dari barang semacam itu!"
"Nah, sudah bisa berpikir kan sekarang?" sindir atasannya.
"Tapi kenapa anda langsung mengarah ke Rohana? Kenapa tidak mencurigai Kadjat?"
"Ah, cobalah berpikir sendiri. Masa tidak bisa. Kan kamu tadi juga ikut ke warung sotonya?"
Bayu berpikir keras. Lalu perlahan matanya berbinar. "Ah, di warungnya juga tidak ada televisi. Cuma ada perangkat stereo! Tapi kan bisa saja nonton di tempat lain?"
"Kamu lupa sesuatu," sahut Rahadian. "Rohana sendiri bilang sinetron itu diputar Sabtu sore kemarin."