"Saya tidak ingin bicara yang buruk-buruk, Pak," kata Rohana. "Tapi begitulah kira-kira."
AKP Rahadian tidak tahu harus bingung atau takjub. Cara berpikir orang kadang tak cuma beragam, tapi bisa di luar dugaan. Tadi Kadjat membujuk istri mudanya bertemu mantan. Sekarang Rohana bilang suaminya mau saja menikahi cewek matre.
Tapi dipikir-pikir, jaman sekarang siapa yang tidak matre. Kadjat bukan orang dungu. Dia hanya pragmatis. Dan juga taktis. Selama Fitria terus dimanjakan dengan harta, dia tak perlu khawatir istrinya kabur. Alfian pasti akan minder kalau melihat Fitria sekarang. Itu jika Alfian memang pemuda yang baik.
Tapi sayangnya Kadjat salah menulai orang!
"Saat mau ketemu Alfian, apakah Fitria sempat memberitahu akan bertemu di mana?" tanya Rahadian.
Rohana menggeleng. "Dia tinggal di rumah sendiri. Dibelikan suami saya.Tidak pernah ke sini. Telpon juga jarang."
Rahadian menoleh pada Kadjat. "Kalau Bapak?"
Dia juga menggeleng. "Saya menyuruhnya ketemu di sini saja. Tidak apa-apa. Toh sampai malam saya di warung. Tapi Fitria sungkan sama Rohana. Dia juga tidak mau ketemu di rumahnya sendiri. Nanti jadi gunjingan tetangga, katanya."
"Dia sama-sekali tidak bilang mau ke mana?" desak Rahadian.
"Sayang sekali tidak, Pak..."
Rahadian agak jengkel pada Kadjat. Jadi orang kok polos amat. Sepertinya itu watak sebagian orang. Kalau soal duit, bisa jadi brilian. Tapi urusan cinta, naifnya tak ketulungan.