Bagi saya, pohon pisang menyimpan banyak kenangan. Saat kecil, ibu saya sering memberikan pisang matang sebagai makanan tambahan selain ASI untuk adik-adik kami yang masih bayi. Pada waktu itu, bubur bayi jarang dibeli karena selain sulit ditemukan, harganya juga cukup mahal. Di Bali, banyak kue yang terbuat dari pisang, seperti Godoh (pisang goreng), Kulek pisang, dan kue blebet. Selain itu, pisang sering dikonsumsi segar, dikukus, atau direbus.
Pisang juga sangat penting dalam upacara umat Hindu di Bali, karena berbagai jenis banten sering menggunakan pisang. Oleh karena itu, pada saat hari raya, permintaan pisang di Bali menjadi sangat tinggi. Di Denpasar, bongkar muat pisang dan buah-buahan antar pulau biasanya terjadi di Pasar Batu Kandik, mengingat kebutuhan pisang yang sangat besar di Bali.
Tak pelak, Pohon pisang di tepi ladang, Tumbuh tinggi menantang angin, Â menjadi hiasan alam, Daunnya menari dengan riang, Memayungi bumi yang kering.,merupakan pemandangan menyentuh sukma. Â Batangnya kokoh, meski rapuh, Penuh cerita di balik lembutnya,Sekali roboh, tumbuh lagi, Menghadirkan kehidupan baru. jadilah seperti pohon pisang, sebelum mati pernah menghasilkan buah, dengan daun yang bermanfaat bagi manusia.
Pisangnya berbuah manis, Bersandar pada kerja keras, Dalam diam, dia memberi, Pada bumi yang tak pernah lelah. Pohon pisang, dengan kesederhanaan, Menyampaikan pesan kehidupan, Kuat meski tanpa gema,Setia memberi tanpa mengharap balasan.
Pisang adalah buah yang unik, dan sangat dibutuhkan di Bali  Pisang adalah buah yang paling sering digunakan dalam berbagai upacara ritual umat Hindu, terutama di Bali. Buah pisang digunakan dalam upacara Bhuta Yadnya hingga Dewa Yadnya. Dalam mitologi, pohon pisang memiliki kaitan yang kuat dengan Dewi Parwati atau Dewi Uma, yang dikenal sebagai sakti dari Dewa Siwa. Selain buahnya, bagian lain dari pohon pisang---seperti daun, batang, dan pohon itu sendiri---juga dimanfaatkan dalam upacara panca yadnya. Pisang digunakan dalam berbagai tingkat upacara, mulai dari yang kecil hingga yang besar.
Sebagai contoh, daun pisang digunakan dalam berbagai keperluan yadnya. Daun ini dipercaya sebagai simbol Utpatti (penciptaan) yang dihubungkan dengan Dewa Brahma, serta sebagai lambang sthiti (pemeliharaan) dari Dewa Wisnu. Dari sisi warna daunnya, daun pisang juga dipandang sebagai pralina dari Dewa Iswara.
Daun pisang sering digunakan untuk membuat kojong kwangen atau sebagai alas dalam banten (sesajen). Dalam masyarakat Bali Aga, daun pisang bahkan menjadi bahan utama dalam upacara persembahan. Menurut  Ida Bagus Baskara menjelaskan ada dua mitologi yang menjelaskan mengapa pisang, atau pohon pisang, menjadi elemen penting dalam yadnya. Dalam kisah Siwa Purana, dikisahkan bahwa Daksa, ayah Dewi Uma, mengadakan upacara Yadnya tanpa kehadiran Dewa Siwa. Dewi Uma, sebagai bentuk kesetiaannya kepada ayahnya, akhirnya membakar dirinya hingga menjadi abu. Dari abu tersebut, sebagian tubuhnya jatuh ke bumi dan tumbuh menjadi pohon pisang, yang menjadikan pohon pisang memiliki makna penting. Kisah lainnya berasal dari Bamaswari, yang menceritakan ketika Dewi Uma sedang menyusui anaknya, Hyang Kumari, dan sebagian susunya menetes ke tanah. Dari air susu tersebut, tumbuhlah pohon pisang. Sehingga kalau bayi juga diberikan susu, kalau tidak sempat maka diberikan  buah pisang,
Produksi pisang di Bali menurut BPPS Â sebeasar 147.924 ton, Â sedangkan produksi Indonesia sebanyak Berdasarkan data BPS, produksi buah di Indonesia mencapai 28,24 juta ton pada 2023. Produksi ini setara dengan tahun 2022 yang mencapai 28,3 juta ton. Pisang merupakan buah yang paling banyak dihasilkan Indonesia. Pada 2023, volume produksi pisang secara nasional mencapai sekitar 9,34 juta ton.