Dr. Eva Susanti, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dalam pertemuan media di Hotel Mercure Jakarta Selatan, menyatakan bahwa perilaku yang dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi di masyarakat antara lain merokok, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah yang rendah, serta mengonsumsi makanan yang mengandung banyak garam. (https://www.kemkes.go.id/id/bahaya-hipertensi-upaya-pencegahan-dan-pengendalian-hipertensi)
HERBAL UNTUK HIPERTENSIÂ
Tinjauan ini bertujuan untuk mendokumentasikan semua tanaman obat tradisional yang digunakan di seluruh dunia untuk pengelolaan hipertensi. Studi lapangan diambil dari basis data utama termasuk Sciencedirect, Medline/PubMed, dan Google Scholar. Sebanyak 433 survei diperoleh yang berasal dari tahun 1970 hingga 2019. Total ada 1329 spesies tanaman yang digunakan secara tradisional (823 genera dan 176 keluarga) yang dilaporkan di 90 negara untuk hipertensi. Keluarga Compositae (Genera: 68; Spesies: 103) dan Lamiaceae (Genera: 39; Spesies: 103) merupakan keluarga dengan spesies yang paling banyak digunakan. Spesies utama (berdasarkan jumlah laporan) adalah Allium sativum L., diikuti oleh Olea europaea L., Allium cepa L., Annona muricata L., Persea americana Mill., Citrus aurantiifolia (Christm.) Swingle, Catharanthus roseus (L.) G.Don, Moringa oleifera Lam., Cymbopogon citratus (DC.) Stapf, dan Carica papaya L. Pakistan (Keluarga: 81; Spesies: 246) melaporkan jumlah spesies tanaman terbanyak, diikuti oleh Meksiko, Nigeria, India, Algeria, Maroko, Thailand, Suriname, Benin, dan Iran. Daun (35%), buah (12%), dan akar (10%) adalah bagian tanaman yang paling disukai, sementara metode persiapan utama adalah rebusan (50%) dan infus (22%). Studi ini adalah yang pertama dalam jenisnya yang mengompilasi semua tanaman obat antihipertensi yang digunakan secara tradisional di seluruh dunia. Disarankan agar tinjauan sistematis lain dilakukan mengenai sifat biologis dari semua spesies yang teridentifikasi dalam tinjauan kami untuk mengidentifikasi spesies yang telah divalidasi secara ilmiah melalui studi in vitro, in vivo, dan klinis sebelum dapat dipertimbangkan sebagai terapi antihipertensi alternatif atau pelengkap.
Pengobatan hipertensi melibatkan perubahan gaya hidup dan penggunaan obat-obatan. Perubahan gaya hidup mencakup penghentian konsumsi tembakau dan alkohol, perbaikan pola makan dan olahraga, pengelolaan stres mental, serta pemeriksaan tekanan darah secara rutin (WHO, 2019). Obat yang saat ini digunakan termasuk diuretik (sering disebut "pil air"), penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), beta blocker, penghambat saluran kalsium, penghambat alpha-adrenergik yang bekerja perifer, antagonis angiotensin II, vasodilator, alpha adrenergic yang bekerja sentral, penghambat renin, dan obat kombinasi (FDA, 2019). Namun, efek samping yang terkait dengan obat antihipertensi, seperti pusing, kelelahan, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan pembengkakan (FDA, 2019), telah mendorong para peneliti untuk mencari obat baru berupa metabolit atau ekstrak dari tanaman untuk mengendalikan hipertensi.
Tanaman obat telah digunakan sejak zaman kuno untuk pengelolaan berbagai penyakit. Pengobatan ini kini telah tersebar di pasar global dan baik konsumen maupun profesional medis mulai mempercayakan dan bergantung pada fitomedisin ini (Aziz et al., 2014; Saleem et al., 2019a). Saat ini, penerapan teknik ilmiah modern telah terbukti efektif dalam isolasi, pemurnian, dan karakterisasi berbagai senyawa bioaktif tanaman, serta memberikan wawasan penting tentang mekanisme aksi dan efek terapeutiknya (Saleem et al., 2019b).
Sejauh ini, penggunaan tanaman obat tradisional untuk penyakit tidak menular telah didokumentasikan melalui studi lapangan yang dilakukan di seluruh dunia. Namun, kompilasi dan analisis dari survei-survei ini untuk penyakit tertentu, seperti hipertensi, masih belum ada. Berdasarkan data yang disaring dari literatur, tinjauan sebelumnya (Baharvand-Ahmadi dan Asadi-Samani, 2017) tentang tanaman obat di Iran mengungkapkan penggunaan 40 spesies untuk hipertensi, sementara tinjauan lain oleh Meresa et al. (2017) mencatat 66 tanaman yang digunakan sebagai hipotensif di Ethiopia. Namun, dokumentasi global mengenai tanaman obat tradisional untuk pengelolaan hipertensi belum dilakukan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk (i) mencatat semua tanaman obat yang digunakan untuk hipertensi di seluruh dunia, (ii) menyoroti negara-negara tempat spesies-spesies ini dilaporkan, dan (iii) melaporkan bagian tanaman utama dan metode persiapannya.
Mengelola tekanan darah tinggi biasanya memerlukan kombinasi obat-obatan dan diet yang sehat. Beberapa cara alami untuk menurunkan tekanan darah, seperti mengonsumsi bawang putih, kemangi, serta herba dan rempah lainnya, juga dapat bekerja.
Tekanan darah tinggi, yang juga disebut hipertensi, seringkali dapat dikelola dengan obat-obatan, serta perubahan diet dan gaya hidup. Beberapa herba dan rempah juga dapat membantu menurunkan tekanan darah.
TANAMAN HERBAL YANG POPULER MENURUNKAN HIPERTENSI
Berikut adalah 10 herbal dan rempah yang dapat membantu menurunkan tekanan darah. Pastikan untuk berbicara dengan dokter Anda sebelum menggunakan salah satu herba berikut.
1. Kayu Manis