Energi panas bumi adalah energi termal yang diambil dari kerak Bumi. Energi ini berasal dari dua sumber utama, yaitu pembentukan planet dan peluruhan radioaktif. Pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber panas dan/atau listrik sudah berlangsung selama ribuan tahun.
Pemanasan geotermal, seperti yang menggunakan air dari mata air panas, telah digunakan untuk mandi sejak zaman Paleolitikum dan untuk pemanasan ruangan sejak masa Romawi. Sementara itu, pembangkit listrik tenaga geotermal (PLTP) mulai dimanfaatkan pada abad ke-20. Berbeda dengan energi angin dan matahari, pembangkit geotermal dapat menghasilkan listrik dengan kecepatan yang stabil, tanpa tergantung pada kondisi cuaca. Secara teori, sumber daya geotermal cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dunia. Sebagian besar pemanfaatan energi ini terjadi di wilayah yang terletak di dekat batas lempeng tektonik.
Selama tahun 1980-an dan 1990-an, biaya untuk menghasilkan listrik dari sumber geotermal menurun sekitar 25%. Inovasi teknologi terus menurunkan biaya tersebut dan memperbesar potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Pada 2021, Departemen Energi AS memperkirakan bahwa biaya untuk membangkitkan listrik dari pembangkit yang dibangun pada tahun tersebut sekitar $0,05 per kWh.
Pada 2019, kapasitas energi geotermal yang terpasang di seluruh dunia mencapai 13.900 megawatt (MW). Selain itu, sekitar 28 gigawatt digunakan untuk kebutuhan pemanasan distrik, pemanasan ruang, spa, proses industri, desalinasi, dan aplikasi pertanian pada tahun 2010. Pada tahun 2019, sektor ini telah memberikan lapangan pekerjaan bagi sekitar seratus ribu orang.
Kata "geotermal" berasal dari bahasa Yunani, yaitu (g) yang berarti Bumi, dan (therms) yang berarti panas.
SEJARAH PEMANFAATAN PANAS BUMI
Air panas telah digunakan untuk berendam sejak zaman Paleolitik setidaknya. Spa tertua yang diketahui terletak di situs istana Huaqing Chi. Pada abad pertama Masehi, orang Romawi menaklukkan Aquae Sulis, yang sekarang dikenal sebagai Bath, Somerset, Inggris, dan menggunakan air panas di sana untuk menyediakan pemandian umum dan pemanasan bawah lantai. Biaya masuk untuk pemandian ini kemungkinan besar merupakan penggunaan komersial pertama dari energi geotermal. Sistem pemanasan distrik geotermal tertua di dunia, di Chaudes-Aigues, Prancis, telah beroperasi sejak abad ke-15.Eksploitasi industri pertama dimulai pada tahun 1827 dengan penggunaan uap geyser untuk mengekstraksi asam borat dari lumpur vulkanik di Larderello, Italia.
Pada tahun 1892, sistem pemanasan distrik pertama di AS di Boise, Idaho, menggunakan energi geotermal. Sistem ini kemudian ditiru di Klamath Falls, Oregon, pada tahun 1900. Bangunan pertama yang diketahui di dunia yang memanfaatkan energi geotermal sebagai sumber panas utamanya adalah Hot Lake Hotel di Union County, Oregon, yang dimulai pada tahun 1907. Sebuah sumur geotermal digunakan untuk memanaskan rumah kaca di Boise pada tahun 1926, dan geyser digunakan untuk memanaskan rumah kaca di Islandia dan Tuscany pada waktu yang hampir bersamaan. Charles Lieb mengembangkan penukar panas bawah tanah pertama pada tahun 1930 untuk memanaskan rumahnya. Uap dan air geyser mulai digunakan untuk memanaskan rumah di Islandia pada tahun 1943
Pada abad ke-20, energi geotermal mulai digunakan sebagai sumber pembangkit. Pangeran Piero Ginori Conti menguji generator pembangkit energi geotermal pertama pada 4 Juli 1904, di ladang uap Larderello. Uji coba tersebut berhasil menyalakan empat bola lampu.[11] Pada tahun 1911, pembangkit listrik geotermal komersial pertama di dunia dibangun di sana. Itu menjadi satu-satunya produsen energi geotermal industri hingga Selandia Baru membangun pembangkit pada tahun 1958. Pada tahun 2012, pembangkit ini menghasilkan sekitar 594 megawatt.
Pada tahun 1960, Pacific Gas and Electric memulai operasi pembangkit listrik geotermal pertama di AS di The Geysers, California.Turbin asli bertahan lebih dari 30 tahun dan menghasilkan daya bersih 11 MW.
Pembangkit listrik siklus biner berbasis fluida organik pertama kali didemonstrasikan pada tahun 1967 di Uni Soviet dan kemudian diperkenalkan ke AS pada tahun 1981[citation needed]. Teknologi ini memungkinkan penggunaan sumber daya panas dengan suhu serendah 81 C. Pada tahun 2006, pembangkit siklus biner di Chena Hot Springs, Alaska, mulai beroperasi, menghasilkan listrik dari suhu terendah yang tercatat yaitu 57 C (135 F).