Sama seperti real estate yang anti kemiskinan. Menguras air, listrik, dan ekosistem alami, sementara masyarakat di sekitarnya belum sanggup memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.Â
Sulit disalahkan jika lantas, orang-orang bernasib buruk mencuri lahan dan menarik kabel listrik tidak karuan.
Sederhananya, proyek raksasa ini akan sangat menguntungkan, bagi pejabat kota dan pemodal besar. Hanya saja, tak terjangkau oleh jari-jari yang saat ini gemetaran di bawah jembatan, dan menengadah meminta belas kasihan.
Seperti mimpi-mimpi soal ujung pelangi. Jika nyata, maka ia akan abadi.
Satu urusan lagi, hingga aku benar-benar berlepas diri. Tanganku kelewat kotor untuk merawat kota ini. Aku butuh ruang. Menjauhkan benih kerusakan yang bertahun-tahun kutebarkan.
Mobil terparkir di garasi.
Kupandangi rumah bercat kelabu ini untuk terakhir kali. Dengan topi dan masker, aku menyembunyikan diri. Bersama tas abu-abu, berjalan lurus menuju barat daya. Menjadikan laut sebagai arah mata angin yang harus dijauhi.
Kusimpan jalan pulang di dalam saku, berwarna merah, berupa sepasang sendok dan garpu.
.... bersambung.