Mohon tunggu...
Nurul Erika Putri Siregar
Nurul Erika Putri Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa/UIN SUMATERA UTARA

Saya seorang mahasiswa yang mempunyai hobi yang terkait pada foto dan video, saya kuliah di UIN SUMATERA UTARA. Usia saya 20 tahun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menganalisis Model Pembelajaran dan Cara Berpikir Komputasi dalam Matematika serta dalam Memecahkan Masalah

4 Juli 2022   18:45 Diperbarui: 4 Juli 2022   18:52 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

B. PEMBAHASAN 

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan di atas, maka pembahasan mengenai proses berpikir komputasi siswa SMP laki-laki dan perempuan dalam memecahkan masalah pola bilangan, sebagai berikut. 

1. Proses Berpikir Komputasi Siswa SMP Laki-laki dalam Memecahkan Masalah Pola Bilangan 

Pada proses dekomposisi, siswa laki-laki dalam mengidentifikasi informasi yang terdapat dalam pemecahan masalah memilih membaca beberapa soal pemecahan masalah untuk menemukan informasi yang diketahui dan dikembangkan, kemudian menuliskan informasi yang diperoleh pada lembar. Ia juga menjelaskan apakah informasi penting yang disajikan sudah cukup untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang disajikan. Dalam proses pengenalan pola, hal pertama yang dia lakukan adalah membuat baris dan kolom untuk memisahkan setiap paket kue dan buah ceri yang terdapat dalam setiap paket, kemudian menganggap setiap paket kue dengan pola nomor, setelah itu mengenali karakteristik yang sama/berbeda untuk membangun. solusi, dan akhirnya menyimpulkan bahwa pola pemecahan masalah pemecahan masalah adalah bahwa untuk setiap paket diasumsikan variabel n, maka solusinya adalah dengan cara n pangkat dua plus dan minus satu. Dia juga memeriksa pola pemukiman yang diketahui. Setelah itu, dalam proses berpikir algoritma ia menyebutkan langkah-langkah logis yang digunakan untuk menyelesaikan solusi dari pemecahan masalah yang disajikan dan sesuai dengan kesimpulan yang diketahui sebelumnya. Pada proses generalisasi pola dan abstraksi dilakukan kegiatan pertama yaitu terkait dan rumusan umum pemecahan masalah dari proses sebelumnya, maka beliau menyatakan bahwa rumus umum pemecahan masalah adalah Un = n2+n-1. Namun dalam proses generalisasi pola, dia menulis variabel n menggunakan huruf kapital, dan memperbaiki kekurangannya saat proses wawancara. Selanjutnya dalam penarikan kesimpulan dari pola umum yang ditemukan dalam pemecahan masalah, ia menggunakan rumus umum yang telah ditemukan sehingga ia memberikan jawaban pemecahan masalah dengan jawaban yang benar, hal ini sesuai dengan pendapat Nurman (2008) bahwa siswa dengan kemampuan matematika yang tinggi lebih mampu menyelesaikan masalah dengan baik.

Secara keseluruhan siswa SMP laki-laki dalam proses penyelesaian soal matematika bilangan menggunakan empat aspek keterampilan berpikir komputasionalnya, hal ini sesuai dengan pendapat Ioannidou (2011) yang menyatakan bahwa ada empat aspek keterampilan berpikir dalam menyelesaikan suatu masalah. . Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfina (2017) yang menyatakan bahwa pemikiran siswa dalam menyelesaikan masalah matematika menggunakan seluruh aspek kemampuan berpikir komputasional. Walaupun ada tahapan dimana siswa SMP laki-laki mengalami kesulitan dalam menyampaikan alasan dalam proses penyelesaian soal pola bilangan yang disajikan, kemungkinan siswa SMP laki-laki kurang yakin dengan alternatif jawaban yang mereka buat, saat mengungkapkan pemikirannya. proses membutuhkan beberapa pertanyaan Arahan untuk mendapatkan jawaban yang sesuai. 

2. Proses Berpikir Komputasi Siswa SMP Perempuan dalam Memecahkan Masalah Pola Bilangan 

Pada proses dekomposisi, siswi SMP dalam mengidentifikasi informasi yang diketahui dan ditanyakan dari soal pemecahan masalah memilih untuk membaca soal pemecahan masalah sambil menggarisbawahi informasi yang diketahui dan ditanyakan, kemudian menuliskan informasi tersebut pada lembar jawaban sendiri. bahasa, hal ini sesuai dengan pendapat Arifin. dan Bharata (2017) yang menyatakan bahwa mahasiswi cenderung menuliskan apa yang mereka pahami. Dalam proses pengenalan pola, pertama dia mengasumsikan setiap paket dengan pola nomor, kemudian memisahkan setiap paket kue dan menuliskan jumlah ceri yang dia dapatkan untuk setiap pembelian paket kue, setelah itu dia mengenali karakteristik yang sama/berbeda untuk membangun pemecahan masalah pemecahan masalah, kemudian disimpulkan bahwa pola pemecahan masalah pemecahan masalah adalah untuk setiap paket diasumsikan variabel n, maka solusinya adalah dengan menaikkan n pangkat dua dan kemudian menambahkan n dan dikurangi satu, akhirnya para siswi SLTP mengecek kembali apakah kesimpulan pola penyelesaian yang diperoleh berlaku untuk setiap paket kue yang ada. Selain itu, dalam proses berpikir algoritmik ia menyebutkan langkah-langkah logis yang digunakan untuk menyusun solusi dari masalah pemecahan masalah yang disajikan dan sesuai dengan kesimpulan dari pola yang dikenali sebelumnya. Dalam proses generalisasi pola dan abstraksi, ia terlebih dahulu menghubungkan dan menyimpulkan rumus umum dari proses pengenalan pola sebelumnya, sehingga menyatakan bahwa rumus umum untuk pemecahan masalah adalah Un = n2+n-1. 

Selanjutnya ia menarik kesimpulan dari pola umum yang terdapat dalam pemecahan masalah yang disajikan dengan menggunakan rumus umum yang telah diperoleh, sehingga ia menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pemecahan masalah yang disajikan dengan benar, hal ini sesuai dengan Nurman (2008). berpendapat bahwa siswa yang mampu matematika lebih tinggi lebih mampu menyelesaikan masalah pemecahan masalah dengan benar. Secara keseluruhan, siswa perempuan SMP menyelesaikan masalah pola bilangan menggunakan empat aspek kemampuan berpikir komputasional mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Ioannidou (2011) bahwa ada empat aspek kemampuan berpikir komputasional dalam menyelesaikan suatu masalah matematika. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfina (2017) yang menyatakan bahwa berpikir komputasional mahasiswi dalam menyelesaikan masalah matematika menggunakan semua aspek kemampuan berpikir komputasional. 

KESIMPULAN 

1. Proses berpikir komputasional siswa laki-laki SMP dalam menyelesaikan masalah pola bilangan, sebagai berikut: 

(1) pada proses dekomposisi, siswa laki-laki memilih untuk membaca beberapa soal pemecahan masalah, kemudian dapat mengidentifikasi informasi yang diketahui dan ditanyakan dari pemecahan masalah masalah yang disajikan dan kemudian menuliskan informasi penting pada lembar jawaban. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun