Para arkeolog menyebutnya formasi temu gelang (stone enclosure). Sekelompok batu (menhir) yang disusun dalam bentuk formasi melingkar temu gelang. Bentuk dan ukuran batunya sangat bervariasi.
Situs ini berasal dari masa prasejarah. Para ahli memperkirakan berasal dari masa Megalitik Tua dan masih difungsikan hingga abad XII M. Megalitik merujuk pada tradisi atau adat kebiasaan yang melibatkan unsur batu besar. Biasanya berhubungan dengan upacara termasuk penguburan.
Tradisi megalitik berkenaan dengan kesinambungan fase kehidupan dan kematian. Pendirian bangunan megalitik ditujukan pada mediasi antara orang hidup dengan roh nenek moyangnya. Tradisi ini bersifat universal, banyak dijumpai di daerah lain.
Runutan sejarah sejak tahun 1967 mulai ada pelaporan jejak sejarah di areal tersebut. Penelitian berlangsung terus dengan temuan bukti yang mendukung. Kini kita dapat belajar jejak sejarah dari Situs Matesih alias Situs Watu Kandang.
Formasi semacam ini tidak hanya di dusun Ngasinan Desa Karangbangun, dijumpai juga di Desa Matesih dan Desa Plosorejo. Semuanya di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Ditandai sebagai Situs Matesih.
Meski saat datang, hari Minggu mendapati gerbang tertutup. Tetap dapat menyesap pembelajaran dari luar pagar. Bahkan dapat menyigi pekarangan tepat di sebelah areal terpagari. Susunan batu melingkar terlihat juga di tengah sawah yang dikerjakan petani sekitar.
Stonehenge di Lereng Barat Gunung Lawu
Ingatan mengembara saat usia anak SD. Kami pernah tinggal mengikuti tugas Bapak di sekitar daerah tersebut. Hamparan sawah menghijau dengan tebaran banyak batu. Naluri kepo kanak-kanak, bertanya mengapa banyak batu besar di sawah?
Jawaban sederhana Bapak adalah itu batu hasil letusan gunung Lawu masa lampau. Sebagian adalah kuburan. Dikaitkan dengan tragedi nasional 1965. Hiks membangkitkan rasa mistis menyisip rasa penasaran.
Angan masa kecil kami, enaknya duduk berbincang santai di batuan tersebut. Terlihat nyaman dengan aneka ukuran. Ada yang hampir datar mirip meja kursi. Sebagian tegak meninggi yang kini kami ketahui sebagai menhir, lambang arwah nenek moyang