Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Situs Watu Kandang Matesih, "Stonehenge" di Lereng Barat Gunung Lawu

21 Juli 2023   21:35 Diperbarui: 22 Juli 2023   07:08 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cagar Budaya Situs Matesih (Dokumentasi pribadi)

Batu batu bercerita. Meneruskan pesan antar masa kepada penyimaknya. Begitupun Situs Watu Kandang Matesih, Stonehenge di Lereng Barat Gunung Lawu.

Sahabat pembaca Kompasiana tentunya tidak asing dengan Stonehenge, Situs Warisan Dunia UNESCO di Inggris. Stone adalah batu dan henge bermakna lingkaran. Stonehenge adalah batu tertata melingkar atau lingkaran batu tegak.

Stonehenge di Inggris diperkirakan dibangun antara 3000 SM hingga 2000 SM. Merupakan situs prasejarah yang dibangun pada zaman Perunggu, dan Neolitikum. Beberapa peneliti mengindikasi Stonehenge sebagai observatorium kuno berkenaan dengan penanggalan dan matahari.

Belum pernah menjejakkan kaki di areal Stonehenge di Inggris. Namun membayangkannya saat menikmati Situs Watu Kandang alias Situs Matesih. Yook simak narasi ala simbok kebun.

Situs Watu Kandang Matesih

Berkunjung ke Situs Watu Kandang alias Situs Matesih, meski sejenak. Saat mengikuti acara keluarga di Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Bergeser singgah di kecamatan Matesih yang berdekatan.

Tidak sulit mencapainya. Berada di tepi jalan jalur Matesih-Tawangmangu. Situs ini berada di Dusun Ngasinan, Desa Karangbangun, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Berpenanda Situs Matesih yang dikelola oleh BPCB Jateng.

Sekilas mata awam melihat sekumpulan batu tersusun dengan pola tertentu. Dulunya menghampar pada persawahan penduduk. Kini sebagian sawah sudah merupa menjadi kawasan kering untuk keperluan situs sejarah.

Tebaran batuan situs di persawahan (Dokumentasi pribadi)
Tebaran batuan situs di persawahan (Dokumentasi pribadi)

Penduduk setempat menyebutnya watu kandang. Watu adalah bahasa Jawa yang berarti batu. Kandang dimaknai mengurung. Sekumpulan batu dengan formasi melingkar seperti mengurung atau kandang.

Para arkeolog menyebutnya formasi temu gelang (stone enclosure). Sekelompok batu (menhir) yang disusun dalam bentuk formasi melingkar temu gelang. Bentuk dan ukuran batunya sangat bervariasi.

Situs ini berasal dari masa prasejarah. Para ahli memperkirakan berasal dari masa Megalitik Tua dan masih difungsikan hingga abad XII M. Megalitik merujuk pada tradisi atau adat kebiasaan yang melibatkan unsur batu besar. Biasanya berhubungan dengan upacara termasuk penguburan.

Tradisi megalitik berkenaan dengan kesinambungan fase kehidupan dan kematian. Pendirian bangunan megalitik ditujukan pada mediasi antara orang hidup dengan roh nenek moyangnya. Tradisi ini bersifat universal, banyak dijumpai di daerah lain.

Runutan sejarah sejak tahun 1967 mulai ada pelaporan jejak sejarah di areal tersebut. Penelitian berlangsung terus dengan temuan bukti yang mendukung. Kini kita dapat belajar jejak sejarah dari Situs Matesih alias Situs Watu Kandang.

Situs Watu Kandang atau Situs Matesih (Dokumentasi pribadi)
Situs Watu Kandang atau Situs Matesih (Dokumentasi pribadi)

Formasi semacam ini tidak hanya di dusun Ngasinan Desa Karangbangun, dijumpai juga di Desa Matesih dan Desa Plosorejo. Semuanya di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar. Ditandai sebagai Situs Matesih.

Meski saat datang, hari Minggu mendapati gerbang tertutup. Tetap dapat menyesap pembelajaran dari luar pagar. Bahkan dapat menyigi pekarangan tepat di sebelah areal terpagari. Susunan batu melingkar terlihat juga di tengah sawah yang dikerjakan petani sekitar.

Stonehenge di Lereng Barat Gunung Lawu

Ingatan mengembara saat usia anak SD. Kami pernah tinggal mengikuti tugas Bapak di sekitar daerah tersebut. Hamparan sawah menghijau dengan tebaran banyak batu. Naluri kepo kanak-kanak, bertanya mengapa banyak batu besar di sawah?

Jawaban sederhana Bapak adalah itu batu hasil letusan gunung Lawu masa lampau. Sebagian adalah kuburan. Dikaitkan dengan tragedi nasional 1965. Hiks membangkitkan rasa mistis menyisip rasa penasaran.

Angan masa kecil kami, enaknya duduk berbincang santai di batuan tersebut. Terlihat nyaman dengan aneka ukuran. Ada yang hampir datar mirip meja kursi. Sebagian tegak meninggi yang kini kami ketahui sebagai menhir, lambang arwah nenek moyang

Hush pikiran nakal digebah oleh Bapak, ora pareng ora ilok (tidak boleh tidak pantas) itu batu berharga. Bapak yang penyuka sejarah mengingatkan kami untuk menghargai tebaran batu tersebut. Ternyata bagian dari situs prasejarah.

Menyimak tatanan batu melingkar dengan aneka formasi aneka pola serasa menikmati Stonehenge. Lingkaran batu tegak (menhir) atau batu tertata melingkar. Tanpa mengecilkan makna Stonehenge Inggris yang Warisan Budaya Dunia UNESCO.

Lingkaran batu tegak pada areal utama situs Matesih. Tertata aneka variasi pun ukuran. Lingkungannya tertata rapi. Begitupan pada areal di sebelahnya. [hiks rada gemes melihat tanda coretan pengunjung di tegakan batu besar]

Mari bersama memaknai Situs Matesih dengan rupa Watu Kandang adalah Stonehenge lereng Barat Gunung Lawu. Warisan budaya zaman prasejarah bagi generasi kini dan penerus.

Situs Matesih-stonehenge lereng Lawu (Dokumentasi pribadi)
Situs Matesih-stonehenge lereng Lawu (Dokumentasi pribadi)

Aneka cara menikmari wisata. Situs Matesih menjadi wisata sejarah. Pemandangan alam sekitarnya, sawah berteras juga menghadirkan rasa sejuk alami.

Mari luaskan pandang pada bentang alam. Kita akan semakin terkesima. Pada sisi Timur dari situs Matesih terlihat dua bukit berdampingan. Sebelah utara adalah gunung atau giri Bangun. Sebelahnya adalah gunung Ganoman. Eh sebenarnya bukit ya karena tidak terlalu tinggi.

Keyakinan budaya tradisi bangunan megalitik mengarah ke gunung. Tradisi yang menempatkan jiwa lebih tinggi dari raga. Kesatuan bentang alam yang ekologis. Secara bentang alam situs Matesih berada pada lereng Barat Gunung Lawu.

[Gunung (giri) Bangun lebih dikenal sebagai Astana Mangadeg, pemakaman Raja-raja Mangkunegara. Di bukit sebelah Timurnya adalah Astana Giribangun, makam Pak Harto dan Ibu Tien. Tetap menerapkan perbedaan ketinggian sebagai penghormatan kepada raja]

Penutup

Situs Watu Kandang atau Situs Matesih bukti peradaban masa prasejarah. Menjadi bagian sejarah peradaban bangsa yang bertumbuhkembang ke arah lebih baik. Salam wisata sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun