Hush pikiran nakal digebah oleh Bapak, ora pareng ora ilok (tidak boleh tidak pantas) itu batu berharga. Bapak yang penyuka sejarah mengingatkan kami untuk menghargai tebaran batu tersebut. Ternyata bagian dari situs prasejarah.
Menyimak tatanan batu melingkar dengan aneka formasi aneka pola serasa menikmati Stonehenge. Lingkaran batu tegak (menhir) atau batu tertata melingkar. Tanpa mengecilkan makna Stonehenge Inggris yang Warisan Budaya Dunia UNESCO.
Lingkaran batu tegak pada areal utama situs Matesih. Tertata aneka variasi pun ukuran. Lingkungannya tertata rapi. Begitupan pada areal di sebelahnya. [hiks rada gemes melihat tanda coretan pengunjung di tegakan batu besar]
Mari bersama memaknai Situs Matesih dengan rupa Watu Kandang adalah Stonehenge lereng Barat Gunung Lawu. Warisan budaya zaman prasejarah bagi generasi kini dan penerus.
Aneka cara menikmari wisata. Situs Matesih menjadi wisata sejarah. Pemandangan alam sekitarnya, sawah berteras juga menghadirkan rasa sejuk alami.
Mari luaskan pandang pada bentang alam. Kita akan semakin terkesima. Pada sisi Timur dari situs Matesih terlihat dua bukit berdampingan. Sebelah utara adalah gunung atau giri Bangun. Sebelahnya adalah gunung Ganoman. Eh sebenarnya bukit ya karena tidak terlalu tinggi.
Keyakinan budaya tradisi bangunan megalitik mengarah ke gunung. Tradisi yang menempatkan jiwa lebih tinggi dari raga. Kesatuan bentang alam yang ekologis. Secara bentang alam situs Matesih berada pada lereng Barat Gunung Lawu.
[Gunung (giri) Bangun lebih dikenal sebagai Astana Mangadeg, pemakaman Raja-raja Mangkunegara. Di bukit sebelah Timurnya adalah Astana Giribangun, makam Pak Harto dan Ibu Tien. Tetap menerapkan perbedaan ketinggian sebagai penghormatan kepada raja]
Penutup
Situs Watu Kandang atau Situs Matesih bukti peradaban masa prasejarah. Menjadi bagian sejarah peradaban bangsa yang bertumbuhkembang ke arah lebih baik. Salam wisata sejarah.