Mohon tunggu...
Rezha Rizqy
Rezha Rizqy Mohon Tunggu... Guru - Guru Biologi

Perempuan introvert yang kadang mengalami distraksi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Topeng

28 September 2015   02:54 Diperbarui: 28 September 2015   02:54 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Nggak, Pak!”

“Astaghfirullohaladzim. Pantesan hidupmu terlihat semakin berantakan, sinar wajahmu semakin suram.” Ihsan terkejut mendengar penuturan Pak Ali barusan.

“Emang saya salah ya, Pak!?”

“Ya Alloh, Le! Coba kamu pikir pake otak yang ada di kepalamu! Gimana coba kabarnya istrimu yang berbulan-bulan nggak kamu nafkahi? Gimana kabarnya anakmu yang pasti nanyain kamu terus tiap malam? Trus gimana kabar pegawai-pegawaimu yang kehilangan pekerjaan gara-gara toko tutup? Belum lagi pelangganmu yang pasti bingung cari toko baru yang dipercaya. Trus, mertuamu, apa dia nggak nyesek salah kasih amanat ke orang macam kamu.” Pak Ali ngomel panjang lebar. Ihsan terdiam, ada yang bergejolak di dadanya.

“Tapi, Pak, semenjak saya mendapatkan semua itu, hidup ini jadi berantakan, jauh dari Allah.” Begitu sangkalnya.

“Emang salah mereka kamu jadi jauh dari Allah? Itu salah kamu sendiri, San yang nggak bisa mengatur waktu, membagi waktu yang cuma 24 jam sehari untuk dunia dan akhirat!” Ihsan tersentak sesaat.

“San, San, emang kamu nggak tahu tanggung jawab suami? Kelak kamu mau bilang apa ke Allah kalau dimintai pertanggungjawabanmu terhadap keluargamu? Eh, sudah dinafkahi apa belum, sudah dididik apa belum, sudah disayang apa belum. Mau jawab apa, Kamu, hah?” Ihsan terdiam, terpekur menatap lantai tanah yang kering.

“Kamu pikir semua itu bukan nikmat dari Allah? Kamu pikir kamu nggak perlu mensyukurinya dengan cara merawatnya?” Pertanyaan Pak Ali menghujam tepat di jantungnya.

“Untuk mencapai kebahagiaan, orang hidup itu harus seimbang. Allah mengajarkan kita untuk mengejar akhirat tanpa meninggalkan dunia.” Ihsan masih terdiam mendengar Pak Ali berbicara.

“Kembalilah, San, kembali ke keluargamu. Laksanakan tanggung jawab yang terbengkalai itu dengan tetap menjaga hati agar selalu dekat dengan Allah. Cobalah, pasti kamu bisa!”

 “Tapi, saya sudah terlanjur lama meninggalkan mereka, Pak. Apa mereka mau menerima saya lagi?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun