“Cobalah, Nak! Minta tolong sama Allah. Kan sekarang kamu dekat sama Allah! Mintalah untuk mempermudah jalan taubatmu!”
“Makasih, Pak Ali. Ilmu bapak sungguh berguna bagi saya yang masih hina ini. Makasih, Pak! Saya pamit dulu, Pak!” Maka setelah Pak Ali terdiam cukup lama sambil menatap matanya, Ihsan mengucapkan terimakasih dan berpamitan untuk menunaikan sholat dhuhur.
***
Selepas asyar, berangkatlah Ihsan meninggalkan kampung halamannya. Dengan berjalan kaki dengan kemantapan pula. Bayangan buruk melintas di kepalanya, toko yang sudah penuh dengan sarang laba-laba, istri yang marah kepadanya, mertua yang kecewa dan anak yang jauh dengannya. Tapi segera ditepisnya bayang-bayang buruk itu.
“Inilah memang yang harus aku lalui akibat kesalahan yang aku buat. Aku yang ingin memperbaiki kesalahan, justru menghancurkan semuanya! Inilah kesempatanku untuk memperbaikinya, meski perih akan terasa di awal. Tapi aku telah siap, Tuhan. Karena aku akan membuktikan kesungguhanku kembali kepada-Mu!”
“Bantu aku ya Allah!” Bisiknya berkali-kali selama perjalanan. Hatinya khusu’ merendah kepada Sang Kuasa. Hingga dia tak sadar topeng di dalam tasnya bergerak-gerak. Mulai menutup retakan kedua yang andai retakan pertama masih ada kedua ujungnya akan bertemu di satu sisi. Menggambarkan keterkaitan antara kedua retakan yang muncul.