Raya, aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya dengan hatiku dan dengan pernikahan kita. Pernikahan yang sangat tidak aku harapkan. Maafkan aku Raya tapi inilah kebenarannya. Aku berfikir akan ada cinta setelah kita menikah, tapi aku tidak bisa Raya. Aku tidak bisa mencintaimu. Semakin aku memaksa hidup denganmu, membuat hatiku semakin hancur.Â
Raya kembali menghentikan membaca. Kembali melihat kamar mandi yang masih tertutup rapat. Arhan ada di dalamnya. Lalu apa ini? Kenapa Arhan menulis ini? Mereka tidak sedang bertengkar.
Saat aku meninggalkanmu, aku merasa sangat lega Raya. Aku bisa kembali bisa bernafas dengan bebas. Dan akhirnya aku bisa kembali kepada cinta pertama ku. Kembali kepada perempuan yang dari dulu kucintai.Â
Dengan surat ini, aku ajukan talak kepadamu Raya. Aku akan segera menikahi gadis yang kucintai dan hidup bersama dengan bahagia. Aku telah mengurus surat cerai dan juga kukirim untukmu. Mohon tandatangani surat itu. Kita berpisah secara baik-baik.Â
Raya, maafkan aku. Sekarang kamu bisa hidup bebas. Kamu bisa keluar dari rumah itu atau mungkin kamu bisa menghabiskan masa kontraknya yang telah kubayar satu tahun. Sekali lagi aku minta maaf.Â
Arhan--
Tanpa terasa air mata Raya menetes. Dirinya seperti kembali mengingat masa sebulan yang lalu. Ya beginilah Arhan yang asli. Gaya bicara, tutur kata, inilah Arhan yang tidak pernah mencintainya. Gadis itu segera membuka bungkusan berikutnya yang berada dalam map dokumen. Benar saja, itu adalah dokumen surat perceraian. Di sana tertulis jelas, nama lengkap Arhan, nama lengkap orang tuanya, dan semua identitas pernikahan mereka.
Raya menghela nafas panjang. Berusaha menetralisir dan memenangkan hatinya. Tapi ini terlalu berat. Raya pun tak mampu menopang berat badan tubuhnya, kakinya terasa sangat lemas hingga gadis itu terjatuh. Air mata bak cucuran air terjun yang tiada habisnya keluar dari netra cantik miliknya. Sungguh sakit, sangat sakit. Tega-teganya laki-laki yang sangat dia cintai, dia hormati memperlakukannya seperti ini.
Krakkk, pintu kamar mandi terbuka. Tampak dengan gagah laki-laki yang Raya cintai keluar dari kamar mandi.
"Raya, sayang, kamu kenapa?" Laki-laki itu segera berlari dan membantu Raya yang telah lemas lunglai. "Sayang apa yang terjadi? Raya...."
Raya menatap mata laki-laki tajam. Air mata yang sedari tadi mengalir kini berhenti.