"Oh iya, saya Raya."
"Ini ada paket untuk Ibu." Kurir itu memberikan sebuah bungkusan yang mirip dengan map dokumen folio dan juga sepucuk surat di atasnya."
"Untuk saya?" Iya bu, jawab kurir itu sambil kembali memperhatikan alamat rumah dan juga kembali menyebutkan nama lengkap Raya.
"Dari siapa?" Kembali Raya memberi pertanyaan.
"Di sini tertulis Tuan Arhan."
Raya tersenyum kecil mendengarnya. Mengambil paket itu, berterimakasih kepada kang Kurir, lalu masuk ke dalam rumah.
"Hmm, ngapain sih harus ngirim ginian ke rumah?" gumam Raya lirih sambil melirik kamar mandi yang masih tertutup rapat pertanda orang di dalamnya masih sibuk dengan ritual hariannya. Raya meletakkan paket itu, dia ingin menanyakan dulu kepada Arhan lalu membuka bersama-sama. Ah tapi tidak, sepertinya Raya sudah sangat penasaran dengan apa yang telah suaminya berikan untuknya.
"Laki-laki itu memang sudah ditebak." Gumamnya lagi sambil membuka sepucuk surat dan mulai membacanya.
Raya, apa kabar? Aku Arhan.Â
Maafkan aku, aku telah meninggalkanmu sekian lama. Aku yakin kamu pasti sangat menanti kepulangan ku.Â
Raya menghentikan membacanya, dia merasa bingung apa yang Arhan tulis ini? Mata gadis itu tertuju pada tanggal yang tertulis di sudut kanan atas dari surat tersebut. Tertulis tanggal kemarin, berarti Arhan menulisnya kemarin.