Mohon tunggu...
novilia permatasari
novilia permatasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru swasta di sebuah Madrasah Aliyah di kota saya. Saya juga seorang Ibu yang memiliki hobi menulis, terutama novel fiksi dan juga cerpen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sosok Tanpa Jejak

3 November 2024   09:00 Diperbarui: 3 November 2024   09:02 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Maafkan aku, mungkin selama ini aku tidak mempedulikanmu. Tapi aku berjanji mulai hari ini aku akan berusaha untuk membuatmu bahagia dan akan selalu menjagamu."

"Arhan..", kembali Raya bergeming lirih menyebut nama suaminya. Antara percaya dan tidak dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Bagaimana Arhan bisa semanis ini? Tak lama Raya sudah berada di dada bidang Arhan, dada yang sangat bidang untuk meletakkan dan membuang segala gundah gulana yang selama ini dia pendam sendirian. Tidak bisa diungkapkan bagaimana dada itu bisa membuatnya sangat nyaman saat ini. Tak bisa diungkapkan juga bagaimana rasa bahagia yang kini dirinya rasakan. Hingga tanpa terasa air mata dari netra coklat Raya membasahi lengan Arhan.

"Sayang, kenapa kamu menangis?" Arhan melepaskan pelukannya dan mulai mengusap air mata yang turun dengan begitu deras dari mata seseorang yang dipanggilnya Sayang.

"Aku tidak percaya hal ini Arhan. Aku selalu merasa kamu tidak mencintaiku. Apakah ini hanya akan terjadi untuk sesaat? Ataukah ini akan hanya kebohongan semata."

"Tidak Raya, tidak." Arhan berlutut di depan Raya. Laki-laki itu memegang kedua tangan Raya sambil berkata, "lihatlah mataku! Apakah ada kebohongan di dalamnya?"

Raya menuruti perintah Arhan melihat kedua buah netra hitam kebiruan milik laki-laki itu. Benar saja, Raya bisa merasakan cinta yang begitu besar dari sorot mata tersebut. Bagai terbius, Raya pun tersenyum sembari berkata, "aku mencintaimu sejak ibuku mengatakan bahwa kamu adalah calon suamiku, menjadi istrimu adalah hal luar biasa dalam hidup ini. Namun aku selalu merasa bahwa cintaku tak sempurna, aku selalu merasa bahwa aku hanya mencintai orang yang tak akan pernah bisa membalas cintaku. Tapi ternyata, hari ini aku sungguh yakin bahwa cintaku telah sempurna Arhan."

Kedua insan itu saling memeluk dengan erat, seperti tidak ada kekuatan di dunia ini yang mampu memisahkan mereka.

*****

Dua minggu lamanya Arhan dan Raya hidup bersama dengan suasana kehidupan yang baru. Kehidupan yang penuh dengan cinta.

Suara bel rumah berbunyi. Raya segera bangkit dari duduknya untuk melihat seseorang yang datang ke rumah mereka. Siapa yang sore-sore gini datang? Ahh mungkin kurir paket yang dia pesan kemarin.

"Ibu Raya?" sapa seseorang yang memakai seragam jasa pengantaran barang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun