*****
Raya menghembuskan nafas panjang ketika sampai di depan pintu rumahnya. Rumah yang beberapa bulan ini telah dia tinggali bersama Arhan, suaminya. Setelah mereka resmi menjadi suami istri, Arhan membawanya ke rumah ini. Namun hanya status saja yang diberikan Arhan kepada Raya. Raya sama sekali tidak pernah merasakan cinta dari Arhan, bahkan sampai saat ini Arhan tidak pernah menyentuh istrinya itu.
Klek, pintu terbuka. "Hai Raya," sapa seseorang yang berdiri menyambutnya di depan pintu. Dengan senyum mengembang dan penuh penantian.
"Arhan, kamu di sini?" tanya Raya keheranan. Pasalnya baru tadi pagi suaminya itu mengatakan akan pergi dalam waktu yang lama. Ya, kenyataan itu pula lah yang sangat membuat Raya patah hati.
"Aku, aku di sini. Dan akan selalu di sini bersamamu." Kata Arhan sambil mengenggam tangan Raya dan membimbingnya menuju meja makan. "Mari kita makan!" Arhan menunjukkan makanan yang banyak di atas meja. Sedangkan Raya hanya mampu membuka mulut melihat perlakuan Arhan kepadanya. Ini sungguh berbeda.
"Arhan kenapa?" batinnya.
"Raya, akhir-akhir ini kamu tidak memperhatikan makanmu. Kamu tidak boleh seperti itu!" Ucap Arhan sambil mengambilkan makanan untuk Raya. Melihat Raya yang hanya masih membuka mulut dengan tatapan heran, membuat Arhan gemas dan langsung memasukkan sendok berisi makanan ke mulut gadis itu.
Raya terkejut, namun bergegas mengunyah makanan yang ada di mulutnya. "Ini makanan dari mana?" tanya Raya hati-hati. Pengalamannya, Arhan akan marah jika dirinya banyak bertanya.
"Dari rumah ini, ada bahan makanan di kulkas lalu aku memasaknya untuk kita." Jawaban Arhan membuat sebuah untaian senyum melengkung di wajah Raya. Betapa tidak, gadis itu belum pernah mendengar suara Arham selembut itu kepada dirinya. "Kenapa? Apakah masakanku tidak enak?" Arhan kembali bertanya.
"Ah tidak, ini sangat lezat." Raya mulai memasukkan makanan yang telah diambilkan Arhan ke dalam mulutnya. "Arhan, kamu kenapa tidak jadi berangkat?" Raya memberanikan diri untuk bertanya. Matanya mulai menutup saat melihat wajah Arhan yang tampak sedikit berubah. Dalam hati dirinya mengumpat untuk kebodohannya, "bodoh, apa yang ku tanyakan? Arhan pasti marah."
Namun, dua buah tangan lembut mendarat di kedua pipinya. Membuat mata Raya pelan-pelan terbuka dan terlihat pemandangan indah tepat di depan matanya. "Arhan.." ucapnya.