Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Beberapa Pertimbangan dalam Memilih Beasiswa Studi ke Luar Negeri

5 Juli 2021   11:12 Diperbarui: 5 Juli 2021   18:50 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mencari info beasiswa (Sumber gambar: Pixabay/janeb13)

Beberapa dari kita mungkin saja menginginkan pengalaman bersekolah di luar negeri, khususnya pada jenjang perguruan tinggi.

Namun, besarnya biaya yang harus dikeluarkan terkadang menjadi kendala tersendiri, mulai dari biaya visa, tiket pesawat, belajar bahasa, uang semester, hingga biaya hidup bulanan di luar negeri nantinya.

Tak heran, hal tersebut kerap membuat nyali ciut, bahkan sebelum mencoba mendaftar di perguruan tinggi di negara yang diinginkan.

Padahal, ada satu solusi alternatif yang bisa dipilih untuk bisa tetap menempuh pendidikan di luar negeri tanpa harus mengeluarkan biaya mandiri, yaitu dengan jalur beasiswa.

Sepertinya program beasiswa bukan hal yang asing lagi ya bagi kita? Pasalnya, untuk pendidikan di dalam negeri sendiri pun sudah banyak juga program beasiswa yang tersedia, mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi sekalipun.

Nah, khusus untuk program beasiswa perguruan tinggi di luar negeri, banyak sekali program beasiswa yang ditawarkan, khususnya untuk jenjang pendidikan S2 dan juga S3. 

Lalu, apa saja sih yang perlu kita perhatikan dalam memilih program beasiswa yang sesuai dengan keinginan dan kemauan kita?

1. Negara

Beberapa program beasiswa ditawarkan langsung oleh negara penyelenggara untuk memberikan kesempatan mengenyam pendidikan di negara tersebut. 

Sebut saja beberapa contoh program beasiswa berikut ini:

  • DAAD oleh Jerman
  • Fulbright oleh Amerika
  • Chevening Scholarship oleh Inggris
  • STUNED dan Orange Tulip Scholarship oleh Belanda
  • Australia Awards Scholarship (AAS) oleh Australia
  • Monbukagakusho oleh Jepang
  • Erasmus Plus oleh negara-negara Uni Eropa
  • dsb.

Jika kita sudah mengetahui negara mana yang ingin kita sasar untuk studi, bisa saja kita langsung fokuskan usaha kita pada salah satu program beasiswa di negara tersebut. 

Selain lebih fokus, kita juga bisa mengatur upaya-upaya kita agar selalu selaras dengan persyaratan yang diinginkan oleh program beasiswa tersebut.

Misalnya, beberapa tahun yang lalu, saya menyasar program beasiswa Chevening dan juga DAAD. Keduanya mensyaratkan para pendaftar beasiswa untuk memiliki pengalaman kerja terlebih dahulu.

Oleh karena itu, saya berusaha untuk memenuhi persyaratan tersebut dengan terlebih dahulu bekerja setelah lulus kuliah S1 agar setelahnya bisa mendaftar beasiswa di negara yang saya inginkan tersebut.

Pilihan program beasiswa lain yang juga menguntungkan adalah program beasiswa dari Indonesia, yakni LPDP. 

Pasalnya, LPDP menawarkan program beasiswa di banyak negara di seluruh dunia.

Jadi, meski tidak khusus mendaftar pada program beasiswa di negara tujuan, dengan beasiswa LPDP, kita tetap bebas memilih negara mana yang ingin kita tuju untuk menempuh studi.

Bagaimana jika yang diinginkan adalah studi di beberapa negara sekaligus? Bisa saja mencoba mendaftar program Erasmus Plus.

Ilustrasi belajar (Sumber gambar: Pixabay/mozlase__)
Ilustrasi belajar (Sumber gambar: Pixabay/mozlase__)

Pasalnya, program beasiswa ini menawarkan kesempatan belajar di setidaknya dua negara hingga tujuh negara yang berbeda di Eropa. 

Salah satu rekan saya yang mendapatkan beasiswa ini misalnya, harus menempuh studi selama satu tahun di Jerman dan satu tahun lainnya di Swedia.

Nah, pilihan negara yang ingin kita tuju inilah yang bisa mengarahkan kita untuk fokus pada program beasiswa mana yang akan kita ikuti.

2. Kampus atau institusi

Selain negara, mungkin ada juga yang lebih spesifik mengarahkan tujuan studinya pada institusi yang dituju. Misalnya, karena sudah yakin dan juga sudah riset bahwa kampus atau institusi tersebut memang memiliki kualitas yang sangat baik untuk belajar. 

Meskipun sebenarnya, dalam hemat saya, khususnya kampus-kampus atau institusi di Eropa dan Amerika, pada dasarnya memiliki kualitas dan standar yang sama. Hanya saja, bidang studi dan lingkungan tempat tinggal yang ditawarkan pastilah berbeda satu sama lain.

Nah, bagi yang sudah mengincar kampus atau institusi tertentu, bisa juga langsung mencari informasi apakah kampus tersebut menawarkan program beasiswa untuk mahasiswa internasional. Atau bisa juga, sambil melihat-lihat informasi kampus yang ingin dituju, sambil kita juga mencari-cari informasi apakah ada beasiswa spesifik dari negara tersebut yang memberikan beasiswa untuk kampus yang sedang ingin dituju tersebut.

3. Bidang studi

Tak semua kampus atau institusi di luar negeri menawarkan bidang studi yang ingin kita pelajari. Hal ini bisa menjadi pertimbangan juga dalam memilih program beasiswa yang diinginkan.

Misalnya, setelah mengetahui bidang studi apa yang ingin dipelajari, dan sudah tahu ingin studi di kampus mana, kita pun sudah pasti paham program beasiswa negara mana yang ingin kita ikuti.

Atau, seperti alternatif lainnya, yakni mencari tahu program beasiswa dari kampus tersebut melalui laman web secara daring.

Oh iya, untuk beberapa jenis beasiswa tertentu, seperti DAAD dan Erasmus Plus, menawarkan hanya program studi tertentu saja yang bisa diikuti. Misalnya untuk DAAD Helmut-Schmidt Programme hanya menawarkan program studi Public Policy and Good Governance di beberapa kampus di Jerman.

Namun, program DAAD lainnya juga menawarkan hanya program studi tertentu, misalnya program EPOS yang hanya menawarkan program studi Development Studies. 

Sementara program DAAD khusus untuk Provinsi Aceh, hanya menawarkan kesempatan belajar bagi para calon pelajar yang berasal dari Provinsi Aceh.

Serta, banyak program lainnya lagi yang ditawarkan oleh beasiswa ini.

Begitu juga dengan beasiswa Erasmus Plus, yang memiliki beberapa program studi tertentu yang ditawarkan berbarengan dengan program beasiswa yang dirancang. 

Jadi, tidak semua jenis beasiswa menawarkan studi di seluruh pelosok negerinya. Misalnya seperti beasiswa AAS dan juga Fullbright, yang menawarkan kesempatan studi hampir seluruh kampus di Australia dan Amerika.

Maka dari itu, penting bagi kita para calon pendaftar beasiswa, untuk memahami karakteristik dan program studi apa saja yang ditawarkan oleh program beasiswa tersebut.

Ilustrasi belajar bahasa asing (Sumber gambar: Pixabay/libellule789)
Ilustrasi belajar bahasa asing (Sumber gambar: Pixabay/libellule789)
4. Bahasa

Ada yang inginnya belajar dengan Bahasa Inggris saja, karena cenderung lebih mudah dari bahasa asing lainnya. Atau, ada juga yang ingin menantang diri sendiri dengan memperdalam bahasa asing lainnya selain Bahasa Inggris.

Selain menambah kualifikasi diri, kemampuan bahasa asing pastilah akan bermanfaat bagi kita baik dari segi pergaulan, budaya, maupun profesional.

Atau, ada juga yang inginnya bilingual. Misalnya, belajar di negara yang tidak menggunakan Bahasa Inggris, dengan sistem perkuliahan menggunakan Bahasa Inggris, tetapi dalam kegiatan sehari-hari masih bisa berkomunikasi dengan bahasa asal negara tersebut. Ini tentu juga akan menjadi nilai plus tersendiri dalam pengalaman yang akan kita tempuh.

Dari pemilihan segi bahasa, kita pun mulai menelaah program beasiswa mana yang kira-kira sesuai untuk kita ikuti.

Bisa juga program beasiswa yang menawarkan pendidikan bahasa dahulu sebelum memulai kegiatan perkuliahan, misalnya beasiswa DAAD dari Jerman, yang memberikan kesempatan untuk kursus Bahasa Jerman secara intensif di Jerman sebelum memulai kegiatan perkuliahan.

5. Pembiayaan

Secara umum terdapat dua jenis program beasiswa ke luar negeri, yakni yang memberikan pembiayaan secara penuh, atau memberikan pembiayaan sebagian saja.

Bagi program beasiswa yang menawarkan pembiayaan penuh, atau fully-funded scholarship, kita tak perlu khawatir lagi mengeluarkan biaya mandiri. 

Pasalnya, mulai dari biaya urus visa, tiket pulang-pergi, biaya riset, uang semester, hingga biaya hidup di negara tujuan ditanggung penuh selama masa studi yang akan ditempuh.

Dan bagi yang memiliki anggota keluarga yang juga ingin diajak tinggal di negara tujuan, bisa juga mencari informasi apakah program beasiswa yang diinginkan menanggung biaya anggota keluarga yang juga ikut ke negara tujuan studi.

Sementara untuk program beasiswa sebagian, atau partially-funded scholarship, biasanya hanya menanggung sebagian saja dari biaya kuliah dan biaya hidup di negara tujuan. Misalnya hanya menanggung biaya semester saja tanpa memberikan biaya hidup bulanan.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk membaca secara seksama program pembiayaan yang ditawarkan agar dapat menyesuaikan dengan kondisi keuangan kita sendiri nantinya.

Ilustrasi mempertimbangkan pilihan beasiswa (Sumber gambar: Pixabay/JESHOOTS-com)
Ilustrasi mempertimbangkan pilihan beasiswa (Sumber gambar: Pixabay/JESHOOTS-com)
6. Masa studi

Masa studi juga bisa menjadi pertimbangan kita dalam memiih program beasiswa. Misalnya program beasiswa Chevening, hanya menawarkan satu tahun masa studi di Inggris untuk jenjang S2 karena memang program S2 di sana rata-rata dirancang untuk masa studi setahun saja.

Sementara untuk studi di Amerika dan Jerman, rata-rata jenjang studi S2 harus ditempuh dalam waktu setidaknya dua tahun. 

Informasi ini penting untuk kita perhatikan, agar kita benar-benar bisa memenuhi ekspektasi dari program beasiswa dan agar kita juga tidak harus mengeluarkan biaya sendiri jika tak selesai tepat pada waktunya.

Pada kasus beasiswa saya misalnya, DAAD dari Jerman, memiliki masa studi S2 yang dibiayai selama dua tahun saja. Meski saya berhasil menyelesaikan studi saya tepat sesuai pembiayaan dari beasiswa, tapi ada juga beberapa teman seangkatan saya yang masih belum bisa menamatkan studi S2-nya dalam waktu dua tahun.

Alhasil, mereka pun tetap melanjutkan studi hingga selesai namun tanpa pembiayaan dari beasiswa lagi, melainkan menggunakan biaya pribadi untuk biaya semester dan juga biaya hidup lainnya.

7. Ikatan tertentu

Beberapa program beasiswa, misalnya Chevening, AAS, dan juga LPDP mensyaratkan untuk kita kembali ke negara asal setelah berhasil menyelesaikan studi yang ditempuh. 

Jika tidak kembali ke negara asal, bisa jadi ada konsekuensi tertentu yang mengikuti, seperti pengembalian sejumlah uang yang harus dibayarkan kepada pihak pemberi beasiswa.

Namun, untuk program beasiswa lainnya, seperti DAAD dan juga Erasmus, tidak mensyaratkan hal tersebut. Jadi, meskipun sudah selesai studi, bisa saja tetap bertempat di luar negeri tanpa harus kembali ke negara asal.

Nah, dengan banyaknya pertimbangan ini, kita akan lebih fokus lagi dalam memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi demi beasiswa idaman yang diinginkan. Selain lebih fokus, langkah kita pun akan lebih terarah dan lebih dekat dengan beasiswa impian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun