Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Cerpen: Cinta Pertama di Jalan Sabang

30 Desember 2023   21:06 Diperbarui: 24 April 2024   14:12 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(JP/Devina Heriyanto)

Setelah isi piringnya tandas, Ayola kembali mendapati lelaki tadi sedang duduk di dekat gerobak sate sambil berbincang dan sesekali tertawa dengan seorang bapak di dekatnya.

"Ya Tuhan, siapa ya namanya? Apa ini yang namanya jatuh cinta? Gue belum pernah ngerasain perasaan aneh kayak gini. Pingin banget kenalan sama dia. Tapi, gimana caranya ya? Ah, sudahlah!" batinnya mengaduh.

Ayola hanya dapat menelan sendiri rasa penasarannya akan sosok lelaki itu. Dalam perjalanan pulang, Ayola memilih untuk menyendiri. Duduk seorang diri di kursi jok paling belakang. Meski terus memandang ke arah jalan, namun kenyataan air mata telah menetes. Sungguh hatinya kalut dan ingin meronta. Ayola terus memikirkan lelaki tadi.

Empat tahun berlalu, Ayola tak pernah lagi merasakan hal yang serupa pada lelaki lain. Sungguh parah, Ayola belum bisa juga melupakan lelaki itu. Kini Ayola yang baru saja lulus SMA, telah mengumpulkan keberaniannya untuk kembali ke tempat itu. Namun sayang, Ayola terlambat. Dia tak kan pernah bisa bertemu lelaki itu lagi. Karena lelaki itu telah dipanggil Tuhannya setahun yang lalu.

"Ternyata, di dunia ini ada ya... cinta pertama yang sekonyol ini. Apa mungkin gue satu-satunya orang yang ngalamin hal bodoh kayak gini? Bahkan gue ngga kenal dia sebelumnya. Bisa-bisanya gue jatuh cinta sama orang yang baru satu kali gue temuin. Dan gue cuma bisa mikirin dia selama bertahun-tahun." gumam Ayola dalam derap langkahnya yang kian menjauh dari kedai sate ayam itu, tempat dirinya menemukan cinta pertama dalam hidup ini.

Bahkan baru beberapa menit yang lalu Ayola mengetahui nama lelaki itu, setelah dirinya berbincang dengan paman pemilik kedai. Budi namanya, lelaki yang selalu ada dalam memorinya. Ayola akan selalu mengenang hari itu, di kala dirinya dapat melihat senyum indah di wajah Budi meskipun takdir tak pernah mengizinkan Ayola untuk dapat sekedar berjabat tangan dengan Budi. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun