Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Cerpen: Cinta Pertama di Jalan Sabang

30 Desember 2023   21:06 Diperbarui: 24 April 2024   14:12 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(JP/Devina Heriyanto)

Akhirnya kijang hitam yang membawa mereka telah sampai di tujuan. Kakek Ayola memarkirkan kendaraannya di area parkir khusus pengunjung. Lantas mereka pun berjalan kaki santai bersama-sama menyusuri indahnya suasana siang hari di sepanjang jalan Sabang, yang menyuguhkan pemandangan barisan warung tenda serta rumah-rumah makan.

Mereka pun berbincang dan berdiskusi hendak makan siang di mana. Dengan kesepakatan bersama, pilihannya jatuh kepada kedai sate ayam, yang aroma satenya telah sukses menghipnotis indra penciuman semua orang dari jarak sekian meter.

Kini mereka telah duduk bersama. Di meja putih persegi panjang itu, Ayola melipat kedua tangannya menanti hadirnya pesanan makan siang mereka. Gadis itu memilih tidak bersuara, kedua matanya hanya tertuju pada gerobak sate ayam di sana. Sementara anggota keluarganya yang lain sibuk berbincang.

Pandangan gadis itu dipatahkan oleh kehadiran sosok lelaki muda yang tiba-tiba datang menghampirinya dari arah belakang kedai. Bagaimana tidak, lelaki berkulit putih bersih dengan kaos oblong abu-abu itu berhasil membuat Ayola terpana.

Ayola menelan ludah, tak berkedip menatap wajah elok lelaki yang diperkirakan berumur dua puluh tahunan itu. Seolah dunianya berhenti sesaat dan jam dinding berhenti berputar, degup dalam dadanya mendadak tak karuan. Ayola jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Silahkan Pak, Bu..." ucap lelaki itu tersenyum ramah sambil memindahkan gelas minuman itu satu persatu dari nampan yang dibawanya ke atas meja makan mereka.

Begitupun anggota keluarga Ayola yang balas mengucapkan terima kasih kepada lelaki itu. Hingga Ayola tersadar sendiri dari lamunannya ketika lelaki itu berlalu pergi begitu saja.

"Kenapa Yol? Ganteng ya masnya?" tanya sang mama yang menyadari bahwa sedari tadi pandangan anak gadisnya itu tertuju pada lelaki itu.

"Hahaha, iya mah." jawabnya datar tanpa berani mendongak dan hanya menunduk mengaduk jus alpukatnya.

"Ini nih, yang mama bilang. Anak remaja seumuran kamu gini lagi genit-genitnya."

Ayola hanya terdiam tak menimpali kalimat mamanya, dia sedang bersiap menyantap satenya yang belum lama diantar oleh si ibu sate.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun