Ekspresi wajahnya sedikit dingin, aku belum pernah melihatnya tersenyum. Ketika kami menawarkan menu kami kepadanya, dia kerap tersenyum kecut atau hanya sebatas mengangguk, lalu memesan setelah membaca daftar yang terpampang di dinding bagian atas belakang kepala kami. Dia juga selalu datang seorang diri. Biasanya dia memesan secangkir kopi moka dan sepotong donat berisi selai kacang. Ya, aku sampai hafal menu favoritnya.
"Selamat pagi Pak. Silahkan pesanannya."
Lelaki itu hanya mengangguk, tanpa membalas ucapan selamat pagi dariku. Salah satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya, "Satu kopi moka hangat."
"Ada tambahan lain? Roti atau kuenya Pak?"
"Boleh, kue brownisnya satu. Makan di sini ya Mba."
"Baik. Silahkan ditunggu Pak, nanti kami antarkan ke meja."
Hmm.. tumben orang ini pesan kue brownis. Setelah membayar pesanannya ke kasir, tampaknya dia berjalan menuju meja yang terletak di samping jendela. Benar saja, dia mengambil posisi duduk di situ. Terlihat dia mengeluarkan ponselnya untuk mengisi waktu luang. Tidak lama, kopi pesanannya telah selesai ku buat. Rena pun segera mengantar pesanannya ke meja tempat lelaki itu menunggu.
Entah kenapa, aku sangat senang memperhatikan lelaki itu. Padahal dia sama sekali tidak ramah. Wajahnya selalu terlihat datar. Terkadang aku malah membayangkan seperti apa wajahnya jika dia tersenyum.
"Mel, itu kan cowok yang pernah nanyain kamu." seketika Rena membuyarkan lamunan ku.
"Nanyain aku? Nanya gimana?"
"Iya pas kamu masuk siang, pagi-pagi gini dia ke sini terus nanyain kamu ke Faris."