Sunyi dan gelap menyambut saat Adit tiba di apartemennya yang mewah. Sudah dua tahun Adit memilih untuk tinggal di apartement supaya lebih dekat dengan kantornya yang terletak di pusat kota. Ia lalu menyalakan saklar lampu dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tengah. Ia biarkan pikirannya melayang entah kemana hingga bermuara pada satu nama yaitu Rena. Nama yang akhir-akhir ini selalu mengisi otak dan pikirannya.Â
Rena....entah kenapa aku terus memikirkannya.Â
Bagi Adit, Rena adalah tipikal perempuan sederhana yang sangat cerdas dan mandiri. Ia tak secantik perempuan yang pernah ia kenal selama ini. Tapi, gadis itu sangatlah menarik. Kecerdasan selalu terpancar dari kedua bola matanya yang berwarna coklat, saat Ia sedang menjelaskan sesuatu. Hal itulah yang membuatnya tak pernah bosan memandang gadis itu.Â
Apa ini yang di namakan cinta?Â
Adit sendiri tak tahu harus mengartikan perasaan yang Ia rasakan saat ini. Perasaan aneh saat bertemu. Jantung berdegup kencang saat tanpa sengaja menatap mata gadis itu. Juga perasaan rindu saat tak bertemu dengannya.Â
Ah. Apa iya aku jatuh cinta sama Rena.Â
Biasanya kalau sedang naksir seseorang, Adit suka melihat dari kecantikan perempuan itu. Sangat berbeda dari kekaguman yang Ia rasakan terhadap Rena seperti saat ini.Â
Argh....entahlah.Â
Di tengah lamunannya, Adit tanpa sadar mengetikkan sebuah pesan kepada Rena.Â
***