“Terima kasih. Tidak usah…..”
“Alila….”
“Jangan paksa ….. tolonglah Nirwan.”
Mata elangnya …… Tuhan…. Tolonglah aku tidak sanggup membalas tatap matanya. Nirwan meraih tanganku. Dingin. Aku tidak menepisnya.
Kami berdiri seperti pemain sinetron yang sedang berakting. Lalu lalang orang di lorong dan koridor. Aku membiarkan Nirwan menuntunku ke tepi dinding kaca. Di sudut dekat pilar agak sepi.
“Alila…..aku dari jauh. Tiga jam di jalan. Bolos kerja. Hujan. Please…”
“Siapa suruh.”
“Kok begitu?”
“Sudahlah …..kamu cuma buang waktu. Buang energi tau…..”
“Aku menemui gadisku…”
“Kita udah putus..”