Generasi Z lahir pasca tahun 2000 an, ia tentu cukup jauh dari peristiwa kelam 1965-1966. Namun mereka lahir pada zaman penuh informasi yang mudah diakses. Dimana teknologi bisa memudahkan Gen Z mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Gen Z walau mudah menjangkau informasi namun belum tentu sepenuhnya tertarik dengan kisah sejarah. Apalagi yang tak berhubungan dengan kehidupan masa kini. Sesuatu yang out of date. Tak menarik, apalagi mereka juga lahir dari orangtua yang juga tidak mengalami langsung keadaan saat 1965-1966.Â
Beruntungnya Generasi X seperti saya masih mendapatkan informasi secara lisan tentang kehidupan sekitar tahun 1965-1966. Saya masih mendapat cerita langsung dari orang yang mengalami suasana 1965-1966.
Bagaimana ekonomi yang sangat sulit, nilai uang yang tidak ada harganya karena hyper inflasi hingga 600%. Kemiskinan dimana mana, yang punya pekerjaan hidup dalam keadaan sulit bagaimana orang yang tidak memiliki pekerjaan.
Bahkan saya masih bertemu langsung dengan orang eks PKI yang pernah mengalami penahanan di dalam lapas tapol. Sebagian mereka yang terbukti hanya ikut ikutan dibebaskan awal tahun 1970 an.Â
Informasi yang saya miliki tentang peristiwa 1965-1966 mungkin jauh lebih original, karena didapat dari orang orang yang mengalami langsung. Ibu saya bercerita bagaimana kakek saya yang seorang polisi aktif harus bekerja keras menangkapi orang yang diduga anggota PKI.Â
Menggunakan truk, orang yang diduga terlibat aktivitas PKI ini dibawa untuk diinterogasi di kantor tentara atau kantor polisi. Suasana saat itu mencekam karena tidak mau dikaitkan dengan komunis.
Menurut ibu saya sebelum terjadi peristiwa G 30 S, orang orang PKI sangat aktif melakukan pawai, demo dan terlihat mencolok untuk menuntut hak atas kepemilikan tanah.Â
Menurut Ayah saya, orang PKI juga aktif mendesak pembubaran ormas-ormas atau partai politik lawan mereka. Tindakan mereka terlihat jelas dan mudah dikenali. Mungkin inilah juga yang membuat saat pecah G 30 S mereka mudah digulung dan ditangkap.
Onderbouw mereka seperti Sobsi, BTi, Pemuda Rakyat, Lekra, dan Gerwani menjadi sasaran langsung. Banyak dari mereka kata Ayah saya menghilang, entah kabur atau dihilangkan.
Informasi seperti ini tentu tidak didapatkan Gen Z apalagi Gen Alpha, maka penting memberikan informasi yang benar tentang sejarah kelam G 30 S. Tentu harapannya Gen Z tidak kehilangan ingatan sejarah, tidak terputus sehingga tidak ada pengulangan sejarah kelam terjadi dimasa depan.