Siti Aisyah, wanita usia 37 tahun ini berprofesi guru di sekolah negeri di Jakarta: SMAN 7 CAKRAWALA.
Aisyah telah 13 tahun mengabdi sebagai guru kimia di sekolah itu.
Aisyah tinggal berdua bersama anaknya bernama Baskara Geovanio Putra. Â Suaminya telah meninggal dunia saat anaknya masih berusia 5 tahun. Aisyah sangat menyayangi Baskara, meskipun anak tersebut berbeda dari anak-anak lainnya.Â
Baskara mengalami kecelakaan sewaktu umurnya masih 8 tahun yang membuat kaki kanannya mengalami lumpuh dan harus diamputasi.
***
"Baskara bangun nak, udah pagi" Aisyah membangunkan Baskara yang masih tertidur. Mendengar suara ibunya, Baskara pun terbangun."eumm...iya Bunda Baska bangun."
Aisyah tersenyum lebar melihat Baskara, ia tidak menyangka sudah 17 tahun Baskara hadir dihidupinya. Pahit,asam, dan manisnya kehidupan telah ia lalui bersama anak remajanya tersebut. Aisyah mengingat betul, bagaimana Baskara tumbuh dan berkembang.Â
Kini Baskara tumbuh menjadi remaja dewasa, paras yang dimiliki Baska sangat mirip dengan almarhum Ayahnya. Tak terasa Aisyah pun menangis ketika mengingat hal dimana, suaminya meninggalkan dirinya dan Baskara untuk selama-lamanya.
Baskara tergelak ketika melihat Aisyah menangis, ia bingung mengapa ibunya tiba-tiba menangis, "Bunda... kok nangis? Baskara nakal ya sampe bikin Bunda nangis kayak gini? maafin Baskara ya Bunda" Aisyah menoleh ketika Baskara bersuara.Â
Terdiam sebentar lalu ia bersuara, "Engga Baskara enggak nakal, Bunda nangis karena Bunda bahagia, Bahagia ketika melihat putra kecil Bunda udah tumbuh, udah gede sekarang, dan makin ganteng juga sekarang".Â
Baska mengangguk paham, "udah, Bunda gausah nangis lagi, kalau Bunda nangis nanti Baska ikut nangis" terdiam sebentar lalu Baskara bertanya "oh ya Bunda gak kerja? ini udah mau jam 7:30, nanti Bunda terlambat lho"Â
Aisyah pun terkekeh "iya iya, ini bunda mau berangkat, baik-baik di rumah ya Baska, Bunda kesekolah dulu" pamit Aisyah kepada Baska.
***
Aisyah memasuki kelas 12 MIPA 1, ia mengajar kimia jam pertama dikelas tersebut "Selamat pagi anak-anak!" sapa Aisyah kepada siswa-siswi yang ada di kelas.
"PAGIII BU!!"
Setelah mengajar Di kelas 12 MIPA 1, Aisyah pun menuju ke ruang guru. Ia duduk di mejanya, dan mengeluarkan bekal yang ia bawa dari rumah.
"Bu Aisyah?" Aisyah menoleh dan mencari sumber suara tersebut, ternyata suara itu dari pak Dion yang merupakan seorang kepala sekolah "oh ya pak ada apa?" jawab Aisyah.
"Jadi begini Bu, 2 Minggu lagi sekolah kita bakal mengikuti olimpiade sains tingkat nasional, dan ibu sebagai guru kimia di sekolah ini, dipercaya untuk menjadi pembimbingnya. Bagaimana? apa Bu Aisyah bersedia?" tanya pak Dion.
Aisyah berpikir sejenak, lalu menjawab "Tentu saja dengan senang hati sudah pasti saya bersedia pak" mendengar itu pak Dion pun tersenyum "Baiklah Bu terimakasih atas kesediaannya, masih 2 Minggu untuk berlatih. saya harap ibu menggunakan waktu dengan sangat baik."
***
Jam di dinding kelas menunjukkan pukul 15:00, yang dimana kegiatan belajar mengajar telah selesai, seluruh siswa-siswi mempersiapkan diri masing-masing untuk pulang. Aisyah menuju ke ruang guru, untuk mengambil tasnya dan segera pulang kerumah, ia berpikir pasti Baskara telah menunggunya di rumah.
Aisyah membuka pintu rumahnya, ia menatap sekeliling rumah, "Baska, Bunda pulang"
"Ehh Bunda, Bunda makan dulu yuk. tadi di depan ada penjual Bakso lewat, Baska beli 2 untuk kita makan bareng," kata Baskara dengan semangat.
Aisyah tersenyum, lelahnya hari ini terbayarkan dengan melihat senyum anaknya. "Oh ya?" Aisyah terkekeh sejenak "Baska tau aja kalo bunda lagi pengen makan Bakso. ayo kita makan bareng-bareng, tapi Bunda bantu angetin dulu baksonya."
Sore itu suasana berubah sendu, langit yang menghitam dan awan yang meneteskan air hujan ke bumi. Di balik suasana langit kala sore itu, di bawah naungan rumah bernuansa cat putih abu-abu, terdapat Aisyah dan Baskara yang sedang menikmati semangkuk Bakso ditemani obrolan serta candaan hangat diantara mereka.
"Bunda..Defenisi bahagia itu.. Sederhana ya." Aisyah menoleh dan tersenyum, ia cukup paham apa yang dimaksud anak tersebut, "hmm gitu, Baska punya alasan? kenapa Baska bilang bahagia itu sederhana?" Baskara terdiam sejenak.Â
Lalu menghela nafas panjang dan berkata "ya sederhana Bunda, hanya dengan makan Bakso dan ditemani dengan obrolan dan candaan sama Bunda, itu salah satu kebahagiaan terindah yang Tuhan kasih ke Baska Bunda." senyum di bibir Aisyah terbit dengan sempurna, ia sangat terharu dengan apa yang barusan ia dengar.Â
Tapi menurut Aisyah ada yang lebih sederhana lagi dari itu, yaitu ketika Tuhan menghadirkan Baskara ke dunia, hidup dan tumbuh bersamanya.
***
Hari ini Aisyah menyeleksi peserta dari beberapa kelas yang akan mengikuti Olimpiade Sains Nasional. Seluruh peserta yang mengikuti seleksi ditugaskan untuk mengerjakan beberapa puluh soal, yang dimana 3 peserta yang nilainya paling tinggi akan lulus seleksi dan mempersiapkan diri untuk bersaing dikompetisi selanjutnya.
"Baik anak-anak ibu, di tangan ibu ini ada kertas hasil dari seleksi kalian, kalian semua hebat."
"Tetapi, ibu harus menyeleksi kalian sehingga menjadi 3 orang saja dengan nilai terbaik," Aisyah terdiam sejenak dan melanjutkan perkataannya "Baik nilai terbaik ketiga diraih oleh, Nirmala dari 11 MIPA 1, nilai terbaik kedua diraih oleh Adinda maheswari dari kelas 11 MIPA 4, dan yang terakhir dengan nilai terbaik pertama diraih oleh Amerta syaqilla putri dari kelas 11 MIPA 3."
"Nama-nama yang ibu sebut barusan silahkan persiapkan diri kalian, perlombaannya akan dilaksanakan 5 hari lagi, dan dengan 5 hari tersebut kita sama-sama belajar lagi. oke karna hari sudah cukup sore ibu tutup hari ini dan kita lanjutkan lagi besok."
"baik Bu, terimakasih!"Â Aisyah mengangguk dan pergi dari ruangan tersebut.
"Demi apa?! ini serius gue kepilih buat lomba? hah senang banget ya Allah" ucap Amerta. "iya Ta. Gak nyangka banget kita bisa mewakili sekolah buat lomba ini" jawab Dinda.
"oke, kalau kayak gitu. kita harus semangat lagi belajarnya, kita harus bikin sekolah dan ibu Aisyah bangga sama kita!!" seru Nirma.
"OKEE SEMANGATTT!!!"
***
Jam menunjukkan pukul 19:12 dan Aisyah belum pulang kerumah, setelah dari seleksi peserta tadi Aisyah tidak memutuskan untuk langsung pulang, ia pergi ke beberapa toko kue.
Rencananya ia akan membeli kue brownies untuk Baskara, karna Baskara sangat menyukai kue brownies.
Disisi lain, Baskara duduk diteras rumah. Menunggu ibunya untuk pulang. Segerombolan anak-anak melihat Baskara duduk dan termenung, anak-anak itupun berniatan untuk mengejek Baskara.
"BASKAA JELEK!! BASKA CACAT! HUUU BASKA GAK BISA JALAN!!"
Baskara menoleh mendengar perkataan segerombolan anak-anak tersebut, dadanya terasa sesak bahkan Baskara hampir ingin menangis. Tak ingin menambah masalah Baskara hanya diam saja.
Tak terima Baskara hanya diam, segerombolan anak-anak tersebut semakin mengolok-olok Baskara. Salah satu dari segerombolan anak tersebut berdecak "Baska jadi lo kasian banget yah, Hahahaha. Udah gak bisa jalan, cuma duduk doang dikursi roda, pasti ibu lo ngerasa kesusahan banget, jadi anak berguna dikit coba.."
Tak terima dengan perkataan mereka, Baska mengepal kedua tangannya kuat "Bisa gak sih gak usah bahas-bahas kekurangan gue?!, tanpa kalian kasih tau juga gue tau kalau gua punya kekurangan, kalian gak tau gimana setiap hari gue mati-matian buat bersyukur. Dan kalian dengan mudahnya ngomong kayak gitu?!" dada Baskara semakin sesat kini ia menangis sejadi-jadinya.
Aisyah melihat kejadian itu, ia segera berlari menghampiri Baskara. dan segerombolan anak itu langsung pergi ketika melihat ibu Baskara datang.
"Baska Maafin Bunda ya... Bunda telat pulangnya, udah Baska gak usah dengerin apa yang mereka bilang tadi, apa yang mereka omongin itu gak bener."
"Gimana Baska gak dengerin Bun, orang apa yang mereka bilang bener!" jawab Baska dengan nada sedikit tinggi.
Aisyah menghela nafas panjang, melihat Baskara menangis, dadanya terikut sesak. Ya bagaimana tidak, ibu mana yang bisa terima jika anaknya di perlakukan seperti itu.
"Baska bun--" ucapan Aisyah terhenti
"Udahlah Bun, Baskara mau ke kamar dulu. Baska capek, Baska mau tenangin diri dulu. Bunda juga pasti capekkan baru pulang, udah Bunda gak usah mikiran Baska, Baska gak pa-pa kok cuma perlu tenangin diri aja."
Aisyah menghela nafas panjang, ia menatap punggung Baskara di balik kursi roda yang mulai menghilang dari edaran matanya. Aisyah merenung, ia duduk dan bersandar di sofa ruang tamu. Menurutnya, hari ini adalah hari yang cukup melelahkan.
Aisyah memutuskan untuk menyusul Baskara ke kamarnya. Aisyah melangkah memasuki kamar anak laki-lakinya tersebut, tatapan wanita itu berubah sendu ketika melihat Baskara yang termenung duduk di dekat jendela menatap langit-langit malam.
"Baska..." Baskara menoleh mendengar suara dari Aisyah. Terdiam sebentar, lalu ia tersenyum "ehh Bunda kok belum tidur?" Aisyah mengehela nafas panjang, ia memutuskan untuk duduk di sebelah putranya.
"engga, Bunda belum ngantuk. Baska mau cerita gak? biar lega juga kan?"
Baskara terdiam mengehela nafas sejenak dan memulai menceritakan isi kepalanya, "Baska capek Bun, tiap hari dikatain kayak gitu Bas--"
"Apa?! kamu dikatain kayak gitu tiap hari? kenapa gak cerita sama Bunda sih?!"
"Bunda, Baska belum selesai ngomong dengerin dulu" Aisyah terdiam.Â
"Baska tau apa yang mereka omongin itu bener, Baska itu cuma anak cacat, kerjaannya cuma bikin Bunda susah, baska tu cuma beban buat Bunda. Tiap hari Baska coba mati-matian bersyukur dengan keadaan Baska... Tapi nyatanya gak semudah itu bunda".Â
Baskara menghela nafas, dadanya terasa sesak bahkan air mata yang telah ia tahan-tahan jatuh ke pipinya, "Kenapa aku berbeda bunda? kenapa Tuhan ambil kaki aku? kenapa Tuhan segininya banget nguji aku? Aku gak kuat, aku mau nyusul ayah aja rasanya"
hening...
Aisyah menatap putranya sendu, tangannya mengusap-usap ujung kepala Baskara. "Baska gak boleh gitu, gak baik nak. Baska tau gak apa yang bikin Bunda semangat setiap hari?".
Baska  menautkan alisnya, ia menggelengkan kepalanya tanda tak tau. "jawabannya adalah Baska, Baska yang udah bikin Bunda semangat tiap harinya, semangat buat kerja, dan semangat buat bahagiain Baskara. Dan Baska juga jangan sekali-kali berpikiran bahwa Baska tu beban buat Bunda, engga Baska, engga sama sekali. Hmm... Baska tau? kenapa Tuhan ciptain kekurangan?"
Baska terdiam sejenak lalu menggeleng kepala, "engga Bunda, emangnya kenapa?" tanya Baskara.
"Tuhan ciptain kekurangan biar manusia tau dengan yang namanya: bersyukur"...Â
"Kalau manusia cuma dikasih kesempurnaan dan gak dikasih kekurangan, manusia gak bakal tau bersyukur Baska. Maka dari itu, Baska harus lebih bersyukur lagi, Tuhan ngasih ujian ini ke Baska bukan berarti Tuhan gak sayang sama Baska, Tuhan cuma mau Baska lebih kuat lagi".
Baskara terdiam, ia cukup mengerti apa yang dikatakan Aisyah barusan. "Iya bunda Baska ngerti, tapi...Baska ngerasa gak adil aja sama hidup Baska. Dari Baska umur 5 tahun, Baska harus kehilangan ayah untuk selama-lamanya, dan di umur 8 tahun Baska kecelakaan yang ngebuat kaki Baska harus diamputasi"
Aisyah menghela nafas panjang. Lalu, ia menepuk pundak Baskara. "Baska! kalau semua manusia di dunia ini merasa hidupnya gak adil, bukankah itu adil?" Baskara menoleh, mulutnya bungkam ia hanya bisa tersenyum. Perkataan ibunya barusan benar-benar membuatnya kehabisan kata-kata.
"Udah gak usah sedih-sedih lagi" ucap Aisyah. Ia memeluk Baskara dan mengusap punggung anaknya tersebut.
"oh ya, besok sekolahnya Bunda bakal ikut olimpiade sains tingkat nasional, dan Bunda dipercaya sebagai pembimbingnya, Baska doain ya semoga menang"
"Baska pasti doain bunda kok, selalu semangat buat besok ya bunda"Â ucap Baskara.
***
Hari dimana perlombaan pun tiba, kini Aisyah mendampingi beberapa muridnya yang mengikuti perlombaan.
"Amerta, Dinda, dan Nirma. dengerin ibu yah, nanti kalian jangan panik, ini pertandingannya kelompok ingat saling kerja sama, gunain waktu sebaik mungkin, kerjain yang mudah dulu yang susah belakangan."
Amerta, Dinda, dan Nirma mengangguk paham, "baik Bu, Kita akan kerjain dengan sebaik mungkin" ucap Dinda.
"Iya Bu, kita bakal ngelakuin yang terbaik" sambung Nirma.
Aisyah tersenyum dan memeluk murid-muridnya, ia percaya muridnya pasti bisa membanggakannya.
Pertandingan pun dimulai, terlihat Amerta, Dinda, dan Nirma. sangat fokus mengerjakan soal-soalnya yang diberikan panitia, di sisi lain Aisyah memperhatikan serta memberikan doa semoga mereka bisa memenangkan pertandingan tersebut.
***
Baskara terbangun, ia melihat sekeliling dengan mata yang berat. ia melihat jam didinding kamarnya sudah menunjukkan pukul 10:21. Tidak biasanya Baskara kesiangan untuk bangun.
Baskara menuju kedapur, menuju meja makan. Termenung sejenak, lalu membuka Handphone dan melihat hari ini adalah tanggal 21 Agustus bertepatan dengan ulang tahun Aisyah. Baskara berdecak menepuk jidatnya, bagaimana bisa ia melupakan ulang tahun ibunya.
Baskara kembali ke kamarnya, ia duduk di dekat jendela. Menatap langit yang membiru dan angin yang menerpa wajahnya, ia merenung mengingat kenangan-kenangan ia bersama ayahnya sewaktu masih kecil. Bermain hujan-hujanan, lari-larian mengejar layang-layang, dan Bunda yang memarahi ayah karena tak ingin kita sakit bermain hujan saat itu.Â
Hingga pada suatu ketika, Ayah benar-benar meninggalkan kami, di usia ku yang baru menginjak 5 tahun, aku menjadi saksi betapa hancurnya bunda ketika ayah dinyatakan meninggal oleh dokter.
Bunda bahkan tidak ingin makan beberapa Minggu, Aku yang tidak mengerti apa-apa hanya memeluk Bunda dan berkata "bunda jangan nangis, Baska disini." hingga beberapa tahun berlalu, bunda melanjutkan profesinya sebagai guru, dan aku telah bersekolah di salah satu sekolah dasar.Â
Waktu itu umurku 8 tahun. waktu itu Aku sedang bermain lari-larian bersama teman-temanku, tanpa kusadari ada mobil dengan kecepatan kencang ada di sisi kananku, aku berusaha lari agar tidak tertabrak, tetapi karena mobilnya yang begitu kencang, aku tidak bisa mengelak lagi, dan aku tertabrak aku melihat sekeliling, mataku memburam, hingga akhirnya aku tak sadarkan diri.Â
Saat di rumah sakit, dokter berkata bahwa pada saat kecelakaan tersebut membuat keretakan yang cukup parah pada kaki kananku, sehingga membuat aku mengharuskan untuk mengamputasi kaki kananku dan yang untuk kedua kalinya aku melihat bunda hancur lagi, bahkan setiap hari dia selalu menyalahkan dirinya sendiri.
tokk!! tokk!! tokk!!
Â
Lamunan Baskara terhenti, ia segera mendorong kursi rodanya dan keluar membuka pintu. Dan di luar ternyata ada kurir ojek yang mengantarkan kue pesananya. Yup Baskara memesan kue ulang tahun online untuk ibunya.
"Hai, atas nama Baskara?" tanya kurir tersebut.
"Iya pak saya sendiri, mau nganter kue ya?" tanya Baskara.
"Iya mas, ini kuenya" jawab kurir tersebut.
"Makasi ya mas, ini uangnya"
Baskara kembali masuk, ia meletakkan kue tersebut di atas meja, dan menyelipkan amplop berisi surat yang telah ia tulis. "Bunda pasti seneng banget, selamat ulang tahun Bunda" batin Baskara.Â
Baskara memutuskan untuk kehalaman belakang rumah, di sana terdapat kolam renang. Ia menatap sendu ke arah kolam renang tersebut. Sejenak, Lalu menatap ke kakinya, dulu Baskara sangat suka berenang. Bahkan ia pernah memenangkan perlombaan renang, tapi kini jangankan untuk berenang berjalan saja ia tidak bisa.
Baskara mencoba turun dari kursi rodanya, ia ingin duduk di tepi kolam renang. namun naasnya...
dug...
Â
Baskara jatuh ke dalam kolam renang, Dengan sekuat tenaga Baskara berusah naik dan berteriak minta tolong, tetapi tidak ada yang bisa mendengar, Baskara tidak menyerah, dengan nafas yang sedikit sesak ia masih berusaha naik keatas, tapi perjuangannya sia-sia. Baskara semakin tenggelam ke bawah.
"Bunda...Baska udah gak kuat. izinin Baska untuk menyusul ayah" ucap Baskara yang semakin tenggelam didalam air, hingga pada akhirnya, ia sudah tak sadarkan diri
***
Pertandingan olimpiade sains tingkat nasional belum selesai, terlihat Amerta, Dinda, dan Nirma. Yang masih berusaha menyelesaikan soal-soal yang ada. Disisi lain, Aisyah terlihat cemas, ia mondar-mandir tak karuan, pikirannya sangat tidak tenang memikirkan Baskara dirumah, entah ini firasat atau tidak. Yang pasti ia tidak tenang, dan sangat ingin sekali pulang.
"Baska... Kamu gak apa-apa kan nak... semoga aja gak terjadi apa-apa sama kamu, Bunda bentar lagi pulang." batin Aisyah.
Setelah beberapa jam berlalu, kini pertandingan telah selesai. Saatnya mengumumkan siapa pemenang nya
Amerta terlihat cemas ia menggigit ujung jarinya "Aduh... Takut banget, gimana kalo kita kalah?"
Ditengah kecemasannya memikirkan Baskara, Aisyah tetap menenangkan Muridnya. Aisyah tersenyum dan berkata "udah gak usah takut...Mau menang atau kalah itu belakangan, yang terpenting kalian udah berusaha sebaik mungkin. Ibu udah bangga kok sama kalian"
Amerta,Dinda,Dan Nirma. tersenyum haru ia langsung memeluk Aisyah, Aisyah memang guru yang idaman.
"ibuuuu makasihh yaaaa!" ucap mereka bertiga.
"Perhatian pengumuman juara akan diumumkan sebentar lagi. Bagi seluruh peserta yang mengikuti perlombaan silahkan berkumpul di sumber suara"
Â
Aisyah, Amerta, Dinda, dan Nirma pun mendatangi sumber suara, inilah momen yang menegangkan bagi mereka.
"Baiklah karena seluruh peserta lomba sudah terkumpul, kami akan mengumumkan siapa yang akan menjadi juara"
"juara 3 dengan perolehan nilai 88.5 adalah SMA ARWANA selamat kepada SMA ARWANA dan silahkan mengambil tempat yang telah disediakan."
Â
"Dan untuk juara ke 2 dengan perolehan nilai 89 adalah..."
Â
Para peserta menegang, mereka berharap sekolah merekalah yang dipanggil "Baik untuk juara ke 2 di raih olehh SMAN 20 PELITA KASIH, selamat dan silahkan maju ke depan"
Â
Amerta dan teman-temannya semakin cemas, hanya tersisa satu juara saja, dan mereka berharap SMAN 7 CAKRAWALA lah yang akan dipanggil.
"Bu gimana nih, tersisa 1 doang lagi kalo kita kalah gimana?" ucap Dinda.
"Bismillah kita berdoa semoga kita menang"Â ucap Aisyah menenangkan.
"Oke dan peringkat pertama, dengan nilai tertinggi 92.5 di raih oleh...SMAN 7 CAKRAWALA"
Â
"Bu ini serius kita yang menang?!" ucap Nirma yang tak menyangka. Aisyah terharu bangga ia tersenyum "Iya kita menang, ayo maju"
Amerta, Dinda, dan Nirma dengan bangga memakai medali, mereka sangat senang memenangkan pertandingan tersebut.
"Amerta, Dinda,Nirma. selamat yah ibu bangga sama kalian tapi ibu pulang duluan ya, ibu dari tadi kepikiran banget sama anak ibu di rumah."
"lho bu? gak mau bareng aja?"Â tanya Amerta
Aisyah tersenyum dan menggeleng "Ibu udah ga tenang, mau cepet-cepet pulang."
"Kalau kayak gitu bareng aja bu, gimana? Kita juga mau main ke rumah ibu, sekalian kenalan sama anak ibu, boleh gak bu?" tanya Nirma. Amerta dan Dinda mengangguk setuju.
"Baiklah, ayo kita kerumah ibu" jawab Aisyah.
***
"Assalamualaikum Baskara, Bunda pulang" Aisyah memasuki rumahnya, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Baskara ada di dalam.
"oh ya, kalian duduk di sini dulu ya, Ibu kedalam panggilin Baskaranya," ucap Aisyah kepada Amerta, Dinda, dan Nirma.
"OKE BUK" jawab mereka.
Aisyah membuka kamar Baskara, tapi Baskara juga tidak ada di kamarnya, Aisyah berlari ke dapur dengan sedikit panik.
"BASKA, KAMU DIMANA?" teriak Aisyah, Amerta, Dinda dan Nirma mendengar suara itu, mereka bergegas menghampiri Aisyah.
"Ibu?! ibu kenapa bu? ibu kenapa nangis?" tanya Amerta yang sedikit panik melihat Aisyah nenangis.
"Baskaranya gak ada. Bantu ibu cari Baskara, nak" jawab Aisyah dengan nada terisak.
"iya bu kita bantu cari, ibu jangan panik Baskara pasti ketemu" ucap Nirma menenangkan. "AAAAA IBUUUU!!!" teriak Dinda
Aisyah, Amerta,dan Nirma kaget mendengar suara teriakan Dinda. "itu Dinda kenapa teriak?" tanya Nirma. "kita samperin aja yuk" jawab Amerta.
Ternyata sumber suara Dinda dari kolam renang, mereka pun menghampirinya, dan sesaat... Aisyah terbelalak ketika melihat ada kursi roda Baskara disitu.
"BASKARAAAAA!!!" Aisyah langsung berlari sekuat-kuatnya, mendekati kolam renang tersebut. Betapa kaget terlihat mayat Baskara yang telah terapung di kolam renang. Tak berfikir lama Aisyah langsung lompat ke kolam renang, ia membawa Baskara naik ke atas dengan bantuan, Amerta, Dinda, dan Nirma.
"Baskara bangun nak, Kamu kenapa bisa kayak gini? hiks...hiks...hiks nak jangan tinggalin Bunda" Aisyah terus menekan dada Baskara, berharap anaknya bangun. tetapi semuanya terlambat, Baskara telah pergi. Anak laki-lakinya itu benar-benar telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.
***
Kini Aisyah berada di pemakaman, puluhan orang mengucapkan bela sungkawa. Ia hanya bisa menangis di bawah batu nisan bertuliskan nama Baskara Geovanio Putra. Baskara satu-satunya anak yang ia punya, satu-satunya penyemangat hidupnya.Â
Kini Baskara benar-benar meninggalkannya, Aisyah tak berhenti menangis dan menyalahkan dirinya sendiri, andai waktu itu ia tak pergi, andai ia tak membiarkan Baskara sendiri di rumah. mungkin Baskara masih ada sampai sekarang.
"Ibu, ibu sudah ya. jangan nangis lagi, ibu gak sendirian. Disini ada Amerta,Dinda, sama Nirma yang udah anggap ibu kayak ibu sendiri, ayo bu kita pulang" ucap Amerta. Dinda dan Nirma mengangguk "iya Bu, bener apa yang dibilang Amerta, Baskara gak bakal tenang kalo liat ibu kayak gini. mending kita pulang yuk bu" sambung Dinda.
Aisyah mengangguk dan memutuskan untuk pulang, disepanjang jalan air mata Aisyah tidak berhenti menangis. Hancur, dunianya benar-benar hancur sekarang.
Kini mereka telah sampai di rumah, Aisyah menatap sekeliling rumah, dadanya semakin terasa sesak, air matanya tak kunjung berhenti menetas. Di rumah ini, tak ada lagi tawa ataupun tangis Baskara, tak ada lagi Baskara yang menunggunya pulang, tak ada lagi Baskara yang menyemangatinya setiap hari. Aisyah benar-benar terpukul atas kepergian Baskara.
"ini semua salah ibu...Andai waktu itu ibu gak pergi, dan gak ninggalin Baskara sendiri di rumah. Baskara pasti sampai sekarang masih ada." ucap Aisyah
Nirma memeluk Aisyah, mencoba menenangkannya "Gak ada gunanya Bu, menyalahkan diri sendiri. Ini udah takdir Tuhan. Ikhlasin aja meskipun itu susah Bu."
Dinda berpindah duduk di sebelah Aisyah, ia menatap Aisyah dengan tatapan sendu "Bu ini Dinda nemuin surat ini di meja makan, di atas suratnya ada kue ulangtahun." Aisyah langsung menoleh dan mengambil suratnya, di balik amplop surat itu terdapat tulisan "SURAT CINTA UNTUK BUNDA" sehingga membuatnya tak tahan, ia semakin menangis sejadi-jadinya.
***
Aisyah memutuskan untuk mencari angin dan keluar rumah sebentar, ia tak sanggup jika hanya berdiam di rumah, sedangkan rumah itu adalah bukti kenangannya bersama putranya Baskara.
Langit sore itu berubah sendu, matahari tak terlihat lagi karena tertutup awan, dan hujan pun turun. Aisyah bergegas berlari mencari tempat untuk berteduh, ia memutuskan untuk di salah satu halte. Aisyah melihat air hujan yang turun dengan seksama, tiba-tiba ia teringat dengan surat Baskara. Ia menatap surat itu, dan memberanikan diri untuk membacanya.
Surat cinta untuk Bunda
Â
Teruntuk Bunda, wanita terhebat yang aku punya..
Hari ini 21 Agustus hari dimana wanita terhebat lahir, wanita itu adalah Bunda aku, Bunda Aisyah. Wanita terhebat sedunia, hehehehe.
Â
Bunda...
Baskara sayang sama Bunda, maafin Baska ya kalau selama ini Baska kurang bersyukur. Perkataan Bunda kemarin berhasil bikin Baskara kepikiran. Dan mulai sekarang Baskara janji Baskara bakalan jadi manusia yang lebih bersyukur.
Â
Bunda...
Bunda bahagia terus ya, jangan pernah nangis. Kecuali, Bunda nangis karena Bunda bahagia. Karena kalau Bunda bahagia Baska juga pasti bahagia.
Â
Bunda, kemarin Baska mimpiin ayah, kata ayah dia kangen banget sama ibu dan Baska, dan ayah ngajakin Baska ikut dia untuk main. ehh abis itu Baska kebangun dehh. Baska senang banget Bunda, bisa ketemu ayah walaupun cuma mimpi.
Bunda...
Kalau suatu saat Tuhan akan menyabut nyawa kita, Baska pengen minta ketuhanan, untuk nyabut nyawa Baska lebih dulu, karena apa? karena Baska gak tau gimana jadinya hidup Baska tanpa Bunda, selama ini Alasan Baska tetap semangat buat bertahan hidup ya karena Bunda.
Â
Â
Selamat ulang tahun Bunda... Baskara sayang bunda!
Â
Â
24 Desember 2022, Baskara
Aisyah memeluk surat itu, di bawah derasnya tetesan air hujan, ia menangis sejadi-jadinya membaca surat yang ditulis oleh Baskara, isi dari surat tersebut seolah-olah ia tau, ia akan pergi dari dunia ini.
"Bunda juga sayang sama Baska... terimakasih Baska, terimakasih udah menjadi penyemangat buat Bunda. Dan Tuhan.. terimakasih menghadirkan Baskara sebagai anugerah terindah dihidupku, Aku mohon Tuhan berikanlah Baskara tempat terindah di sisimu.
Â
Â
- selesai -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H