“Kau menyesal?”
“Menyesal? Tidak. Kita sama-sama suka kan?” Aku menenangkannya.
Tom beranjak kesampingku dan meraih kepalaku untuk dipeluknya. Hangat. Aku suka pelukan Tom. Kugenggam pula tangannya yang kuat agar kegusarannya berkurang. Aku dan Tom sama-sama terkubur oleh rasa bimbang. Mencoba meyakinkan satu sama lain jika semua akan baik-baik saja. Menepis segala bisikan jika semua ini tak ada benarnya.
Jadi, sudah sejak tiga belas bulan lalu aku dan Tom berada di sini sebagai ‘suami-istri’. Menyewa sepetak kamar kos untuk kami huni. Orang tua kadang memang seperti itu. Lebih memilih membiarkan aku dan Tom lari daripada menerima kami dan apa yang telah terjadi diantara kami. Memang apa yang bisa kuperbuat dirumah jika sebagai anakpun aku tak dianggap?
~0~
“Jika ia mati, kau akan sengsara!” Kau kembali mengingatkanku.
Kita hidup juga dalam kesengsaraan. Maksudmu apa?
“Kau akan mendekam dalam jeruji, Bodoh!”
Kau yang bodoh. Kau yang tolol. Hanya orang gila yang ingin memisahkan diri dengan kekasihnya dengan cara membunuh orang yang dicintainya, dan membiarkan dirinya sendiri merana oleh ulahnya!
“Lalu, kau akan..”
“Nat? Nat!” Tom mengguncang bahuku.