Mohon tunggu...
Nofi Ndruru
Nofi Ndruru Mohon Tunggu... Guru - Hidup harus berjalan

traveller, writer, teacher

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Lawan Kanker Nasofaring Ep.1

16 April 2019   13:05 Diperbarui: 22 April 2021   07:46 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
digendong Joice di Candi Ijo | dokpri

Kami menempuh perjalanan dengan menggunakan motor dan saat itu aku membawa motor dengan Sri sementara Hengki dengan Wati dan Bang Ardi sendirian dengan motor trail-nya yang rada sableng karena ngga di gas jalan sendiri dan hampir membuatnya terperosok ke semak. 

Sesampainya di tujuan, kami duduk di Posyandu tempat biasa kami menginap jika sedang ada kegiatan, siang itu disitulah ngucur lagi darah dengan banyaknya.

Selang beberapa minggu lagi dari mimisan terakhir, aku semakin sering mimisan. Pagi, siang malam, saat sedang makan, tidur ataupun berkegiatan. Berturut-turut selama sepuluh hari. Malangnya, mimisan itu terjadi saat sedang mengikuti kegiatan pelatihan guide selama seminggu di Weetabula, Sumba Barat Daya.

Mimisan dimulai dalam perjalanan menuju kesana, seperti biasa mobil penumpang singgah dulu di perbatasan Sumba Timur-Sumba Tengah, di warung makan tentunya. Aku sudah menyiapkan handuk merah untuk menghadapi mimisan ini, jadi tidak akan terlalu kelihatan kalau-kalau sedang mimisan. 

Celakanya, darah itu mengucur saat aku sedang menyantap mi rebus sebagai makan siangku. Merasa masih bisa diantisipasi, aku lanjut menyendokkan makanan ke mulutku sementara tangan kiri sibuk menutup hidung dengan handuk merah. 

Ternyata mimisan yang deras saat itu susah sekali dikontrolnya, darah keluar seenaknya saja hingga 'tesss' menetes didalam mangkokku bercampur dengan kuah pecin itu. 

Tanpa ada reaksi apa-apa, aku yang kadung lapar ini tetap menghajar suapan demi suapan sampai akhirnya tak terelakkan lagi mimisannya semakin menjadi sehingga aku harus ke kamar mandi.

Tanpa ada kecurigaan, semuanya berjalan seperti biasa hari demi hari pelatihan sampai kemudian mimisan kala diskusi dalam pelatihan guide tersebut. Orang-orang tersekat pun bertanya kenapa-kenapa. Aku pun tak banyak memberikan jawaban karena aku sendiripun tak tau ini mengapa. Petunjuknya hanya leher bengkak, mimisan dan nunggu hasil biopsi dari Bali. Dan saat itu bengkak leherku di sebelah kiri sudah ada dua.

Pertemuan dengan dr. David (Juli)

Tuhan memang selalu punya cara untuk mereka yang kebingungan. Aku sudah tidak lagi menunggu kabar hasil biopsy seperti sebelum-sebelumnya. Ada ya syukur, ngga dikabarin juga ngga apa-apa. Gitu konsepnya. 

Sampai kemudian pertemuanku dengan teh Riri dari Bandung yang kami berkenalan lewat media sosial Sumba Volunteer. Kedatangannya ke Waingapu yang kemudian menyempatkan kami untuk bertemu di Lapangan Pahlawan saat itu. 

Ternyata teteh tidak sendiri, ada saudaranya, dokter David yang menemani. Ketika tau beliau adalah dokter penyakit dalam, aku langsung memberitahukan keluhanku. Responnya cukup bikin aku panik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun