Ada harapan besar untuk melesat lebih jauh, tapi juga ada resiko kalau salah langkah.Â
Yang pasti, publik cuma mau satu hal: mimpi Indonesia untuk berjaya di Asia, atau bahkan dunia, jangan sampai terhenti di tengah jalan.
Warisan Shin Tae-yongÂ
Shin Tae-yong itu seperti "arsitek" yang membangun ulang pondasi Timnas Indonesia. Di bawah tangan dinginnya, Timnas mulai menunjukkan taringnya di level internasional.Â
Salah satu pencapaian yang paling bikin bangga tentu saja peningkatan peringkat FIFA. Dari yang dulu langganan di bawah 170-an, sekarang Indonesia nangkring di sekitar 150-an—lompatan yang signifikan, bukan? Â
Enggak cuma itu, STY juga sukses membawa Timnas lolos ke Piala Asia 2023 setelah absen selama 15 tahun. Regenerasi pemain juga jadi salah satu fokus utamanya.Â
Lihat saja, nama-nama seperti Marselino Ferdinan, Pratama Arhan, atau Witan Sulaeman, mereka sempat jadi tulang punggung tim bahkan sampai sekarang.Â
Anak-anak muda ini bukan hanya punya skill mumpuni, tapi juga mental bertanding yang lebih siap menghadapi tekanan besar. Â
Tapi, perjalanan STY enggak selalu mulus. Tantangan utamanya jelas adaptasi taktik. Tidak semua pemain langsung paham dengan pola permainan ala Korea Selatan yang cepat dan dinamis.Â
Belum lagi masalah komunikasi. Meski sudah ada penerjemah, kadang rasanya sulit untuk menyampaikan visi dengan jelas ke pemain.Â
Dan pastinya, tekanan dari publik Indonesia yang ingin hasil instan membuat pekerjaan STY tambah berat. Â
Harapan terhadap Patrick Kluivert
Nama Patrick Kluivert jelas tidak bisa diremehkan. Sebagai mantan pemain, dia pernah bersinar bersama klub-klub top Eropa seperti Barcelona dan Ajax Amsterdam.Â