Atau mungkin mereka punya target pribadi, seperti naik jabatan atau memperbaiki citra mereka di depan manajemen?Â
Kamu harus rajin observasi dan, kalau perlu, tanya-tanya secara tidak langsung ke orang lain yang dekat dengan mereka. Â
Mudah saja caranya, misalnya perhatikan topik yang sering mereka bahas dalam rapat, apa yang membuat mereka marah atau stres, atau bahkan apa yang membuat mereka senang.Â
Setelah tahu apa kebutuhan mereka, kamu punya dasar untuk mulai menyusun strategi. Intinya, semakin kamu paham kebutuhan mereka, semakin besar peluangmu untuk menawarkan solusi yang pas. Â
2. Hasilkan dan Kuasai Nilai
Setelah tahu apa yang dibutuhkan, langkah berikutnya adalah menghasilkan sesuatu yang relevan dan bernilai untuk mereka.Â
Ini bisa berupa ide, data, hasil kerja, atau bahkan solusi untuk masalah tertentu. Misalnya, kalau atasanmu sedang kesulitan memimpin proyek yang rumit, kamu bisa menawarkan cara kerja yang lebih efisien berdasarkan keahlian atau pengalamanmu. Â
Tapi, jangan hanya berhenti di situ. Pastikan apa yang kamu hasilkan itu benar-benar unik atau sulit digantikan orang lain.Â
Contohnya, kamu ahli dalam analisis data, dan atasanmu sering butuh laporan detail untuk presentasi. Jadikan keahlianmu ini sebagai nilai tambah yang membuat kamu jadi satu-satunya orang yang bisa diandalkan dalam situasi tertentu.
3. Batasi Akses ke Nilai Itu
Ini bagian penting yang sering dilupakan. Kalau kamu terlalu "murah hati" membagikan keahlian atau hasil kerjamu ke semua orang, nilai unikmu jadi hilang.Â
Maka, kamu perlu menjaga eksklusivitas. Jangan buru-buru membagikan ide atau solusi sebelum memastikan bahwa itu benar-benar akan menguntungkan posisimu. Â
Misalnya, kamu menemukan cara kerja yang lebih cepat dan efisien, jangan langsung kasih tahu semua rekan kerja. Simpan dulu untuk situasi di mana kamu benar-benar perlu menunjukkan kemampuan itu di depan atasan.Â