Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Produktivitas Lebih Penting daripada Kehadiran di Kantor, Benarkah?

13 Maret 2024   16:46 Diperbarui: 15 Maret 2024   10:44 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital ini, banyak perusahaan mulai mempertanyakan budaya kerja tradisional yang berfokus pada kehadiran di kantor. Para pekerja diharuskan untuk duduk di depan komputer selama 8 jam sehari, 5 hari seminggu, regardless of their productivity.

Namun, apakah budaya kerja ini masih relevan di era modern? Bukankah produktivitas jauh lebih penting daripada kehadiran di kantor?

Bagaimana jika seorang karyawan dapat menyelesaikan semua pekerjaannya dalam waktu 4 jam sehari? Apakah dia harus tetap berada di kantor selama 4 jam berikutnya hanya untuk memenuhi jam kerja?

Pertanyaan-pertanyaan ini memicu perdebatan tentang budaya kerja yang ideal di era modern. Dalam artikel ini kita akan membahas lebih lanjut tentang pentingnya produktivitas dan bagaimana budaya kerja yang fleksibel dapat membantu meningkatkannya.

Sejarah budaya kerja dan pentingnya kehadiran di kantor sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri dan teknologi.

Pada awal abad ke-20, dengan munculnya Revolusi Industri, konsep kerja berubah drastis. Orang-orang mulai bekerja di pabrik dan kantor, bukan lagi di ladang atau di rumah. 

Kehadiran fisik di tempat kerja menjadi sangat penting karena pekerjaan sebagian besar melibatkan interaksi langsung dengan mesin, bahan, atau orang lain.

Selama abad ke-20, kehadiran di kantor menjadi norma dalam banyak industri. Jam kerja standar dan harapan untuk “waktu wajah” di kantor menjadi bagian integral dari budaya kerja. Kehadiran di kantor sering kali dianggap sebagai indikator dedikasi dan komitmen terhadap pekerjaan.

Namun, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, konsep kerja jarak jauh dan fleksibilitas tempat kerja mulai mendapatkan popularitas.

Meski demikian, banyak perusahaan dan industri yang masih mempertahankan kebijakan kehadiran di kantor karena berbagai alasan, seperti kolaborasi, supervisi, dan budaya perusahaan.

Dengan begitu, pentingnya kehadiran di kantor dalam budaya kerja modern adalah topik yang kompleks dan multifaset, dan sering kali tergantung pada konteks industri dan perusahaan tertentu.

Pandemi Covid-19 telah memicu perubahan besar dalam cara kita bekerja. Dengan pembatasan fisik dan kebutuhan untuk menjaga jarak sosial, banyak perusahaan beralih ke model kerja jarak jauh atau kerja dari rumah (WFH).

Berikut adalah lima perubahan paradigma kerja yang terjadi selama dan setelah pandemi:

Pertama: Kerja Jarak Jauh dan Fleksibilitas

Banyak perusahaan memperkenalkan atau memperluas kebijakan kerja jarak jauh mereka. Ini tidak hanya memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah, tetapi juga memberikan fleksibilitas dalam hal jam kerja.

Kedua: Teknologi dan Digitalisasi

Penggunaan teknologi dalam bekerja meningkat pesat. Alat-alat kolaborasi online seperti Zoom, Microsoft Teams, dan Google Meet menjadi sangat penting. Banyak perusahaan juga mempercepat proses digitalisasi mereka untuk mendukung kerja jarak jauh.

Ketiga: Kesejahteraan Karyawan

Dengan tantangan baru yang ditimbulkan oleh kerja jarak jauh, seperti isolasi sosial dan kesulitan memisahkan kehidupan kerja dan pribadi, perusahaan mulai lebih memperhatikan kesejahteraan karyawan. Ini mencakup inisiatif seperti dukungan kesehatan mental, fleksibilitas kerja, dan ruang kerja yang ergonomis.

Keempat: Evaluasi Kinerja

Dengan kurangnya supervisi langsung, banyak perusahaan beralih dari penilaian berbasis waktu ke penilaian berbasis hasil. Ini berarti lebih menekankan pada produktivitas dan hasil kerja daripada jam kerja.

Kelima: Model Kerja Hibrida

Beberapa perusahaan mulai menerapkan model kerja hibrida, di mana karyawan bisa memilih untuk bekerja di kantor, dari rumah, atau kombinasi keduanya. Ini memberikan keseimbangan antara kebutuhan untuk kolaborasi dan interaksi sosial dengan fleksibilitas dan kenyamanan kerja jarak jauh.

Perubahan-perubahan ini menunjukkan bahwa pandemi telah mempercepat evolusi tempat kerja dan mungkin akan memiliki dampak jangka panjang pada cara kita bekerja di masa depan.

 Apa itu produktivitas dan mengapa itu penting?

Produktivitas adalah ukuran efisiensi dalam melakukan pekerjaan. Dalam konteks kerja, produktivitas biasanya diukur berdasarkan output atau hasil yang dihasilkan per unit waktu. 

Misalnya, seorang penulis mungkin diukur produktivitasnya berdasarkan jumlah kata yang ditulis per jam, atau seorang pabrik mungkin mengukur produktivitas berdasarkan jumlah produk yang diproduksi per hari.

Produktivitas penting karena merupakan indikator kinerja yang penting. Produktivitas yang tinggi berarti pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keuntungan dan pertumbuhan perusahaan.

Selain itu, produktivitas yang tinggi juga dapat meningkatkan moral dan kepuasan kerja, karena karyawan dapat melihat hasil konkret dari usaha mereka.

Mengapa kehadiran di kantor masih dianggap penting oleh beberapa organisasi?

Meskipun banyak organisasi telah beralih ke model kerja jarak jauh atau hibrida, kehadiran di kantor masih dianggap penting oleh beberapa organisasi karena beberapa lima alasan ini:

Pertama: Kolaborasi dan Komunikasi

Interaksi tatap muka sering kali memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi yang lebih efektif. Bahasa tubuh, nada suara, dan konteks sosial yang hilang dalam komunikasi digital dapat ditangkap dalam interaksi tatap muka.

Kedua: Budaya Perusahaan

Kehadiran di kantor memungkinkan karyawan merasakan dan berpartisipasi dalam budaya perusahaan. Ini mencakup nilai-nilai, norma, dan perilaku yang dianut oleh organisasi.

Ketiga: Pembinaan Hubungan

Kehadiran fisik di kantor memungkinkan pembentukan hubungan kerja yang lebih kuat. Interaksi sosial dan profesional tatap muka dapat memperkuat ikatan antar karyawan dan meningkatkan kerjasama tim.

Keempat: Pembimbingan dan Pengembangan

Dalam beberapa kasus, kehadiran di kantor memudahkan pembimbingan dan pengembangan profesional. Misalnya, pelatihan baru atau junior karyawan sering kali lebih mudah dan efektif dilakukan secara langsung.

Kelima: Manajemen dan Supervisi. Untuk beberapa manajer, kehadiran di kantor memudahkan supervisi dan manajemen kinerja karyawan.

Bagaimana kehadiran di kantor bisa mempengaruhi dinamika tim dan budaya perusahaan?

Kehadiran di kantor memiliki dampak signifikan terhadap dinamika tim dan budaya perusahaan. Berikut adalah tiga cara bagaimana kehadiran di kantor bisa mempengaruhi kedua aspek tersebut:

Pertama: Membangun Hubungan Tim

Kehadiran fisik di kantor memungkinkan interaksi sosial dan profesional yang lebih sering dan spontan antara anggota tim. Ini dapat memfasilitasi pembentukan hubungan kerja yang lebih kuat, meningkatkan kepercayaan dan kerjasama antar anggota tim.

Kedua: Pembinaan dan Pengembangan

Dalam beberapa kasus, kehadiran di kantor memudahkan pembinaan dan pengembangan profesional. Misalnya, pelatihan baru atau junior karyawan sering kali lebih mudah dan efektif dilakukan secara langsung.

Ketiga: Pengakuan dan Motivasi

Kehadiran di kantor juga memungkinkan pengakuan langsung atas prestasi atau kontribusi karyawan, yang bisa menjadi faktor motivasi yang kuat.

Bagaimana perusahaan bisa mencapai keseimbangan antara menekankan produktivitas dan mempertahankan beberapa aspek positif dari kehadiran di kantor?

Mencapai keseimbangan antara menekankan produktivitas dan mempertahankan beberapa aspek positif dari kehadiran di kantor bisa menjadi tantangan. Berikut adalah lima strategi yang bisa digunakan:

Pertama, Kerja Hibrida. Model ini memungkinkan karyawan untuk membagi waktu mereka antara bekerja di kantor dan bekerja dari rumah. Ini memberikan fleksibilitas kepada karyawan sambil mempertahankan beberapa manfaat dari interaksi tatap muka.

Kedua, Fleksibilitas Tempat dan Waktu Kerja. Memberikan karyawan kebebasan untuk memilih kapan dan di mana mereka bekerja dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja. Ini bisa melibatkan kebijakan seperti jam kerja fleksibel, kerja jarak jauh, atau kerja bergilir.

Ketiga, Teknologi dan Alat Kolaborasi. Menggunakan teknologi dan alat kolaborasi dapat membantu memfasilitasi komunikasi dan kerjasama, bahkan ketika karyawan tidak berada di kantor. Ini bisa melibatkan penggunaan platform seperti Slack, Microsoft Teams, atau Google Workspace.

Keempat, Pengembangan Budaya Kerja yang Mendukung. Membangun budaya kerja yang mendukung produktivitas dan kesejahteraan karyawan adalah penting. Ini bisa melibatkan pengakuan atas prestasi, dukungan untuk keseimbangan kerja-hidup, dan penekanan pada hasil kerja daripada jam kerja.

Kelima, Pelatihan dan Dukungan untuk Manajemen Jarak Jauh. Manajer mungkin perlu pelatihan dan dukungan tambahan untuk mengelola tim jarak jauh dan mengukur produktivitas dengan cara yang adil dan efektif.

Ingatlah bahwa strategi terbaik mungkin berbeda-beda tergantung pada jenis pekerjaan, budaya perusahaan, dan kebutuhan individu karyawan. Penting untuk mencari pendekatan yang mempertimbangkan semua faktor ini.

Contohnya :

1. Kerja Hibrida 

Dalam model ini, karyawan membagi waktu mereka antara bekerja di kantor dan bekerja dari rumah. Misalnya, karyawan mungkin bekerja di kantor selama tiga hari dalam seminggu dan bekerja dari rumah selama dua hari lainnya.

Model ini memberikan fleksibilitas kepada karyawan sambil mempertahankan beberapa manfaat dari interaksi tatap muka dan kolaborasi di kantor.

2. Kerja Fleksibel 

Dalam model ini, karyawan diberikan kebebasan untuk memilih jam kerja mereka sendiri, asalkan mereka memenuhi jam kerja minimum yang ditentukan oleh perusahaan.

Ini bisa sangat membantu bagi karyawan yang memiliki tanggung jawab lain, seperti merawat anak atau orang tua, dan membutuhkan fleksibilitas dalam jadwal mereka.

3. Kerja Bergilir

Dalam model ini, karyawan bekerja dalam shift atau giliran yang berbeda. Misalnya, beberapa karyawan mungkin bekerja di pagi dan siang hari, sementara yang lain bekerja di sore dan malam hari. Model ini memungkinkan perusahaan untuk beroperasi sepanjang waktu sambil memberikan fleksibilitas kepada karyawan.

4. Kerja Jarak Jauh Penuh Waktu

Dalam model ini, karyawan bekerja sepenuhnya dari rumah atau lokasi lain di luar kantor. Meskipun ini memberikan fleksibilitas maksimum kepada karyawan, perusahaan harus memiliki alat dan proses yang tepat untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi jarak jauh.

Dalam dunia kerja yang terus berubah, penting bagi perusahaan untuk beradaptasi dan menemukan keseimbangan yang tepat antara produktivitas dan kehadiran di kantor. 

Meskipun teknologi modern telah memungkinkan kerja jarak jauh dan fleksibilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, masih ada nilai dalam interaksi tatap muka dan kehadiran fisik di kantor. 

Maka dari itu, pendekatan yang paling efektif mungkin adalah model hibrida yang menggabungkan aspek terbaik dari kedua dunia. Ini memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan produktivitas sambil mempertahankan beberapa aspek positif dari kehadiran di kantor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun