Bukan karsa saja yang bertaruh segalanya pada mimpi ini, Â tapi semuanya, Â terutama beny. Â Dia menjual motor , tabungan terkuras habis--- melawan pada ibunya, Â satu satunya keluarga yang seharunya dia percaya dari awal.
beny teringat ucapan itu, Â suara ibunya sebelum ia putuskan berangkat kekota " mimpi orang desa seperti kita tak akan berharga bagi mereka nak, Â mereka hanya akan mengangap kamu sebelah mata."
Seharunya dia percaya itu, lebih baik
bertani didesa,hidup seperti orang biasa. dengan sepeda motornya saja dulu dia bisa bahagia.
" sebaiknya kita cari tempat istirahat untuk malam ini, Â aku rasakan susah jika kita pulang sekarang---jarang ada mobil lewat desa kalau malam selarut ini. "
Sisa suara beny yang keluar terserak lemas, Â sementara semangat dan optimisnya hilang dari mata coklatnya itu, namun masih dia paksakan untuk tidak juga mempengaruhi yang lain.
**
Mereka lupa akan waktu, Â entah sudah jam berapa, yang pasti sudah gelap gulita.
Langit tak memberi belas kasihan, Â cahaya bulan dan bintang pun ia sembunyikan.
Hanya lampu lampu jalanan yang membuat bayangan terlihat, namun tidak membuat arah menjadi jelas.
Pada emperan toko, di dinding besi yang dingin, alas yang keras, atap seng yang meringkik ditimpa angin, Â disanalah nasib mereka sekarang mengumpulkan sisa-sisa uang untuk makan hari ini dan pulang besok pagi.
Perut-perut itu tak mau diam barang sebentar---namun  mereka tidak salah ---dari siang belum dikasih makan, tentu mereka berteriak-teriak.
Dengan pembagian bijak mereka pisahkan uang itu, sedikit untuk makan malam ini sisanya untuk bekal pulang besok.
" biar aku dan karsa yang beli, kalian lelah, Â istiharatlah dulu. "
Ujar gilang,  mereka pergi  mencari makanan yang sekiranya murah, dan mengenyangkan untuk dapat tidur tanpa kelaparan malam ini.
Tersisa beny dan very yang duduk berjarak bayangan, namun saling berdiam diri ;tak ada kata yang keluar , tanpa juga saling bertatap---bisu dalam keramaian kota.
Namun tidak lama beny mencoba memulai.
" kau ingat pertanyaan kau siang tadi ver? ---apa keiingan ku setelah terkenal, "
Pandangan kusut beny mampu ditangkap oleh very, Â tidak ada beny yang dulu ia kenal didalamnya.
" kau tak perlu jawab ben, Â kau lihat sendiri kan,kita tak mungkin akan terkenal, "
" tapi aku ingin menjawabnya, "
Beny diam ---menatap jalanan menabung kata.
" aku dari dulu selalu ingin memiliki sebuah tempat--- tempat untuk mengajar  dan membuat anak- anak seperti kita setidaknya punya masa depan yang lebih baik ver, tidak lagi takut bermimpi atau ditertawakan karena memilikinya,"
Beny diam lagi, tampak air mata menggenang, menunggu jatuh.
"sebuah tempat  dimana aku dapat berbagi ver,  mendengar anak-anak itu bercerita mimpinya, medengar mereka bisa dengan lantang memberi tahu dunia, kalau mimpi orang desa juga sama berharganya. "
Sekarang giliran very yang terdiam, antara memilah kata untuk merespon atau dia  kehilangan kata itu disuatu tempat dikepalanya.
Tanpa disengaja air dimatanya muncul kepermukaan, namun dia masih mengelak dengan menyalahkan debu yang masuk.
" apa kau bisa wujudkan mimpi itu ver?"
" maksud kau apa ben?"
Very tak tahu kemana arah perbincangan ini.
" uang ku sudah habis ver, Â tak ada sisa.
Sekarang aku malu jika harus pulang bertemu ibuku seperti ini, aku rasa tak akan mampu wujudkan mimpi itu, "
Suara itu semakin layu, Â seperti kenanga yang tak disingghi hujan.
Dan dia masih bisa menahan air mantanya untuk tak jatuh