Dari segi penampilan, sebenarnya si pria gondrong terlihat kurang meyakinkan. Selain rambutnya gondrong dan tak terawat, tubuhnya juga pendek, kurus dan kulitnya tampak kusam. Orang yang melihatnya mungkin tidak percaya bahwa si pria gondrong memiliki talenta. Padahal sebenarnya, si pria gondrong memiliki kualitas vokal yang tak perlu lagi diragukan.
Dengan karakter bass yang khas, suaranya cukup enak untuk didengar. Ia punya warna vokal tersendiri yang menjadikan dirinya unik dibandingkan musisi lain. Ia bahkan tak kalah dengan penyanyi-penyanyi yang sudah wara-wiri di televisi.
 "Wah, suaranya bagus banget ma. Pria gondrong ini benar-benar berbakat!" puji Bo sambil bertepuk tangan.
"Iya, suaranya bagus. Aku suka." kata Dong mengikuti. Ia juga bertepuk tangan.
"Aku setuju. Apakah lagunya sudah selesai?" tanya Franz.
"Iya, mama juga suka kok dengan suaranya. Enak didengar. Tenang, nanti ada lagi kok lagu menarik lainnya yang akan ia nyanyikan."
"Serius ma?" tanya A-J secara bersamaan.
"Tentu saja." Si Mama tersenyum.
Si pria gondrong baru saja selesai menyanyikan lagu "Pemuda". Ia melihat ke sekeliling. Namun Tak ada penumpang Kopaja yang mengapresiasinya. Mereka semua tampak datar dan seolah tak peduli. Hanya mama dan anak-anaknya si A-J yang terang-terangan memberikan apresiasi. Mereka bahkan sampai bertepuk tangan dan memuji si pria gondrong atas performa yang baru saja ditampilkan.
Kendati demikian, si pria gondrong tak terlalu memikirkannya. Yang terpenting adalah di saat ia menengadahkan sebuah plastik bekas bungkusan permen, ada uang yang masuk ke dalamnya. Semakin banyak orang yang memasukkan uang ke dalamnya, semakin senanglah ia.
Setelah selesai meminta uang apresiasi kepada semua penumpang, ia pun mengucapkan terima kasih. Tak hanya kepada para penumpang yang telah mendengarkannya dengan terpaksa saja, namun juga kepada sopir dan kernet bus yang telah mengizinkannya untuk bernyanyi di atas kopaja.