Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 - People Choice Kompasiana Awards 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bisakah Melatih Diri agar Berjarak dengan Gosip?

31 Maret 2021   08:33 Diperbarui: 20 Mei 2022   22:25 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kegiatan bergosip di kantor | Sumber: Shutterstock/Kzenon via KOMPAS.COM

Apa sih gosip itu?

Gosip menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah obrolan tentang orang-orang lain; cerita negatif tentang seseorang; pergunjingan.

Makna gosip menurut KBBI ini memang bikin bergidik. Kayaknya negatif buanget!

Membicarakan keburukan orang lain, sesuatu yang jelek dari orang lain, bergunjing mengenai orang lain, merupakan hal yang kerap dilakukan sebagian besar dari kita (toyor kening sendiri).

Tidak bisa dipungkiri, sebagian, atau bahkan kita semua tidak dapat terhindar dari pengaruhnya.

Dalam lingkup paling kecil, deh, keluarga. Kita pasti pernah melakukan hal ini. Menceritakan keburukan anggota keluarga yang lain saat kesal, misalnya.

Dalam lingkup sekolah! Antar sesama teman saling menjelekkan, apalagi jika berkaitan dengan masalah gebetan. Demi meninggikan mutu di depan doi, kita sanggup menjelekkan rival kita, dengan harapan si doi bisa percaya dan memilih kita.

Dalam lingkup masyarakat, biasanya gerobak abang-abang sayur jadi ‘cafe’ dadakan para ibu yang berbelanja untuk membicarakan hal-hal terkait gosip.

Dalam lingkup yang lebih besar lagi, kita disuguhkan dengan gosip seputar selebritis di media. Boleh dikatakan rating acara-acara demikian sangat tinggi pemirsanya.

Banyak contoh lain yang menggambarkan bahwa kita, tidak bisa begitu saja terhindar dari gosip.

Siapa saja yang bisa menjadi pelaku dan korban gosip?

Pelaku bisa berasal dari semua kalangan, saya juga pernah jadi bagian dari kalangan itu! Gosip di satu sisi menjadi sebuah tradisi. Gak rame kalo gak ada elo! Gosip menjadi sebuah habit yang disiram serta dipupuk dengan subur.

Biasanya orang-orang yang penuh dengan akar kepahitan dalam hidup, tidak bahagia dalam hidup, menjadi pelaku-pelakunya, sekali lagi saya pun pernah ada di dalamnya!

Mereka hidup dalam lingkungan negatif, yang membuat subur kebiasaan bergosip. Pelaku biasanya merasa insecure dengan keadaannya. Dan mulai membabi-buta, dengan cara menjelekkan orang lain, disini dengan membicarakan keburukan, dirinya menjadi pihak yang superior, dan menurut penelitian hal ini membawa kenyamanan. Secara psikologis, si pelaku merasa memiliki power lebih dengan mengatakan keburukan orang yang menjadi topik gosip yang disebarnya.

Ilustrasi bergosip | Sumber: Unsplash.com (Ben White)
Ilustrasi bergosip | Sumber: Unsplash.com (Ben White)

Lalu siapa korbannya?

Korban biasanya orang-orang yang berkonfrontasi dengan pelaku. Tetapi sangat mungkin, tidak perlu konfrontasi, pelaku membicarakan tanpa sebab karena sudah jadi kebiasaan dan hidup dalam dunia penuh asumsi.

Dimana dan kapan hal ini bisa terjadi?

Saya pernah bekerja dalam lingkungan pendidikan, suatu waktu rekan-rekan kerja makan siang bersama. Tepat pukul 12 siang kami menata meja dan mulai membuka bekal dan menu catering. Yang sempat masak membawa bekal, tetapi yang tidak sempat, sudah berlangganan catering untuk menu makan siang.

Mulailah satu rekan kerja mengeluhkan sosok-sosok yang menjadi topik gosip. Saya memiliki bos yang cukup punya integritas. Usia muda tidak membuat rontok integritasnya! Dia memimpin dengan arif dan bijaksana.

Suatu siang, sebut saja Ibu Ratna (nama bos kami) makan bersama kami, saat dia datang, rekan-rekan kerja langsung menghentikan obrolan gosip yang sedang dibahas.

Analisa saya, Ibu Ratna tidak suka dengan kebiasaan itu.

Bagi saya, Ibu Ratna sudah menjadi dampak yang baik. Dia tegas mengenai hal itu. Setidaknya, saat makan bersama, kami semua membicarakan hal-hal yang baik. Contohnya mengenai evaluasi program kerja. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pekerjaan dan solusinya. Walaupun awalnya karena rekan-rekan kerja yang suka bergosip tidak enak dengan Bu Ratna.

Sebuah pelajaran baik bagi saya akan hal ini.

Mengapa gosip terjadi dan juga mengapa gosip harus dihentikan?

Sesuatu yang buruk pasti akan memengaruhi kita.

Pikiran akan memengaruhi tindakan, dan jika tindakan itu terus-menerus dilakukan maka akan menjadi karakter menetap.

Bayangkan kita sedang memberi ijin pada racun masuk dalam diri kita.

Pikiran negatif tidak akan menghasilkan hal baik. Ingat, semua bermula dari pikiran!!

Lalu adakah cara supaya kita bisa melakukan pengendalian terhadap gosip?

Bagaiamana caranya?

Apakah kita bisa bebas sepenuhnya dari jeratan ini.

Saya selalu memiliki keyakinan, tidak ada hal yang tidak bisa kita lakukan selama kita masih diberikan hidup oleh Tuhan.

Semua jika dilatih terus-menerus, niscaya pasti bisa.

Awalnya memang agak merepotkan, tetapi kita akan merasakan dampaknya. Menjadi orang-orang yang terbebas dari jerat mautnya.

Bagaimana bisa melatih diri untuk berjarak dengan gosip?

You are what you think!

You are what you read!

You are what you eat!

Tiga kalimat di atas menggambarkan sebuah kalimat pernyataan bahwa apa yang membentuk kita dipengaruhi dari apa yang kita masukkan ke dalam diri.

Semua input yang kita masukkan akan membentuk diri kita.

Bila kita memasukkan sesuatu yang negatif alias toxic maka tentu itu akan membunuh diri kita secara perlahan-lahan.

Maka ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar kita bisa mengendalikan diri dari kebiasaan bergosip.

  • Hindari kata-kata yang menjelekkan orang lain

Beri pemahaman pada diri sendiri, kita pun punya kejelekan, sehingga kita memahami, bila kita menjelekkan orang lain, itu sama artinya dengan menjelekkan diri kita sendiri.

  • Filter semua pembicaraan yang kita terima

Jangan menelan mentah-mentah informasi yang kita dapatkan, sehingga kita tidak mudah diprovokasi oleh kondisi.

  • Bergabung dengan komunitas positif atau pertemanan sehat

Jika kita bergabung dengan komunitas yang baik, maka hal itu juga akan menular ke diri kita.

Kita berhak memilih di lingkungan apa kita akan bertumbuh, berkembang, dan berbuah.

Pilihlah komunitas, lingkungan yang baik untuk diri kita.

  • Lakukanlah kesibukan yang membuat skill kita semakin berkembang

Pakailah waktu-waktu yang ada untuk mengembangkan keterampilan kita. Gunakan waktu dengan bijak untuk mengembangkan diri, jika perlu buatlah target-target untuk bisa lebih fokus pada tujuan. Sibuklah! Maka gosip akan berjarak dari kehidupan kita.

  • Antisipasi jika teman-teman kita berkurang

Akan ada banyak anggapan pada kita, bahwa kita gak asik banget kalo diajakin ngobrol, entah terlalu kaku lah, atau gak nyambung lah, sok suci lah, dan masih banyak lagi anggapan-anggapan minor pada kita.

Pertimbangkan dengan matang kondisi ini, dan jangan terhanyut dalam pola pikir yang sempit. Ingat akan selalu ada orang baik di sekeliling Anda, jika Anda kehilangan orang karena sebuah hal negatif dan tidak membangun, relakanlah!

5 cara di atas bisa menjadi sebuah panduan sederhana untuk melatih diri dan mengendalikan diri dari bergosip.

Apakah Anda siap?

Jangan biarkan hati kita ditumbuhi kepahitan sehingga justru itu akan membuat diri kita menjadi pribadi yang tidak sehat.

BUDAYA ASERTIF

Apakah budaya asertif itu? 

Dari arti katanya asertif adalah sikap mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain.

Sikap asertif bisa menghindarkan kita dari bergosip.

Nyatakan pendapat dengan jujur dan tegas, tetapi tetap sopan, sehingga kita bisa bebas dari uneg-uneg dalam hati.

Biasanya uneg-uneg itulah yang bisa memicu tindakan bergosip.

Gampangnya, asertif adalah jika ya katakana ya, jika tidak katakana tidak. Jika ingin A katakanlah A, jika ingin B ya katakanlah B.

Ada stigma di beberapa budaya kita, kita cenderung menutupi, atau tidak terus terang. Hal ini cenderung akan berpotensi menimbulkan perilaku bergosip.

Asertif bisa dilakukan dan tetap mengedepankan etika, agar tidak terlihat kasar.

Pembahasan selanjutnya adalah pembahasan mengenai hal teknis seputar melatih diri sehingga kita bisa mengurangi bergosip.

Yuk, mari simak disini..

Kita bisa memulai melatih diri dari sekarang. Buatlah semacam tabel untuk membuat target sehingga kita bisa mengukur seberapa jauh pencapaian kita dalam melatih diri berjarak dengan tindakan bergosip ini.

Catatan Harian

Melatih Berjarak dari Bergosip

Kejadian yang Dialami

Evaluasi

Diajak ngomongin sohib sama Meli

Belum bisa menolak, tapi aku janji besok aku akan hindari Meli dan ajak dia makan untuk mengalihkan. (gagal)

Meli masih ngajak gosipin sohib

Aku udah bisa memberi nasehat pada Meli untuk tidak bicarakan kejelekan sohib. (berhasil)

Dan seterusnya

--------

--------

-------

Berikut ini adalah contoh target yang bisa dibuat untuk mengisi waktu luang, sehingga kita bisa menghindari hal-hal yang kontra produktif. Kita bisa membuat sesuai dengan kapasitas diri kita. Jangan terlalu ngoyo, karena pasti teman-teman kita merasa kita terlalu songong, buatlah lebih smooth, sehingga mereka paham bahwa yang kita lakukan bisa berdampak baik, bagi diri sendiri dan mereka, kawan-kawan kita.

Target untuk Mengembangkan Potensi Diri

 

Target

06/03/21

07/03/21

08/03/21

Les Gitar

Berkata-kata positif

Latihan menjahit

Belajar editing video pro

Bikin 1-2 artikel dalam 1 minggu

dan seterusnya

----

Semoga bermanfaat.

Bila kita selalu memandang keindahan manusia lain, maka tidak akan terbersit sedikit pun keburukan mereka dalam pikiran kita. (Yunita Kristanti Nur Indarsih, Nama Pena : Nita Kris Noer)

Referensi : satu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun