Apa sih gosip itu?
Gosip menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)Â adalah obrolan tentang orang-orang lain; cerita negatif tentang seseorang; pergunjingan.
Makna gosip menurut KBBI ini memang bikin bergidik. Kayaknya negatif buanget!
Membicarakan keburukan orang lain, sesuatu yang jelek dari orang lain, bergunjing mengenai orang lain, merupakan hal yang kerap dilakukan sebagian besar dari kita (toyor kening sendiri).
Tidak bisa dipungkiri, sebagian, atau bahkan kita semua tidak dapat terhindar dari pengaruhnya.
Dalam lingkup paling kecil, deh, keluarga. Kita pasti pernah melakukan hal ini. Menceritakan keburukan anggota keluarga yang lain saat kesal, misalnya.
Dalam lingkup sekolah! Antar sesama teman saling menjelekkan, apalagi jika berkaitan dengan masalah gebetan. Demi meninggikan mutu di depan doi, kita sanggup menjelekkan rival kita, dengan harapan si doi bisa percaya dan memilih kita.
Dalam lingkup masyarakat, biasanya gerobak abang-abang sayur jadi ‘cafe’ dadakan para ibu yang berbelanja untuk membicarakan hal-hal terkait gosip.
Dalam lingkup yang lebih besar lagi, kita disuguhkan dengan gosip seputar selebritis di media. Boleh dikatakan rating acara-acara demikian sangat tinggi pemirsanya.
Banyak contoh lain yang menggambarkan bahwa kita, tidak bisa begitu saja terhindar dari gosip.
Siapa saja yang bisa menjadi pelaku dan korban gosip?
Pelaku bisa berasal dari semua kalangan, saya juga pernah jadi bagian dari kalangan itu! Gosip di satu sisi menjadi sebuah tradisi. Gak rame kalo gak ada elo! Gosip menjadi sebuah habit yang disiram serta dipupuk dengan subur.
Biasanya orang-orang yang penuh dengan akar kepahitan dalam hidup, tidak bahagia dalam hidup, menjadi pelaku-pelakunya, sekali lagi saya pun pernah ada di dalamnya!
Mereka hidup dalam lingkungan negatif, yang membuat subur kebiasaan bergosip. Pelaku biasanya merasa insecure dengan keadaannya. Dan mulai membabi-buta, dengan cara menjelekkan orang lain, disini dengan membicarakan keburukan, dirinya menjadi pihak yang superior, dan menurut penelitian hal ini membawa kenyamanan. Secara psikologis, si pelaku merasa memiliki power lebih dengan mengatakan keburukan orang yang menjadi topik gosip yang disebarnya.
Lalu siapa korbannya?
Korban biasanya orang-orang yang berkonfrontasi dengan pelaku. Tetapi sangat mungkin, tidak perlu konfrontasi, pelaku membicarakan tanpa sebab karena sudah jadi kebiasaan dan hidup dalam dunia penuh asumsi.
Dimana dan kapan hal ini bisa terjadi?
Saya pernah bekerja dalam lingkungan pendidikan, suatu waktu rekan-rekan kerja makan siang bersama. Tepat pukul 12 siang kami menata meja dan mulai membuka bekal dan menu catering. Yang sempat masak membawa bekal, tetapi yang tidak sempat, sudah berlangganan catering untuk menu makan siang.
Mulailah satu rekan kerja mengeluhkan sosok-sosok yang menjadi topik gosip. Saya memiliki bos yang cukup punya integritas. Usia muda tidak membuat rontok integritasnya! Dia memimpin dengan arif dan bijaksana.
Suatu siang, sebut saja Ibu Ratna (nama bos kami) makan bersama kami, saat dia datang, rekan-rekan kerja langsung menghentikan obrolan gosip yang sedang dibahas.
Analisa saya, Ibu Ratna tidak suka dengan kebiasaan itu.
Bagi saya, Ibu Ratna sudah menjadi dampak yang baik. Dia tegas mengenai hal itu. Setidaknya, saat makan bersama, kami semua membicarakan hal-hal yang baik. Contohnya mengenai evaluasi program kerja. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pekerjaan dan solusinya. Walaupun awalnya karena rekan-rekan kerja yang suka bergosip tidak enak dengan Bu Ratna.
Sebuah pelajaran baik bagi saya akan hal ini.
Mengapa gosip terjadi dan juga mengapa gosip harus dihentikan?
Sesuatu yang buruk pasti akan memengaruhi kita.
Pikiran akan memengaruhi tindakan, dan jika tindakan itu terus-menerus dilakukan maka akan menjadi karakter menetap.
Bayangkan kita sedang memberi ijin pada racun masuk dalam diri kita.
Pikiran negatif tidak akan menghasilkan hal baik. Ingat, semua bermula dari pikiran!!
Lalu adakah cara supaya kita bisa melakukan pengendalian terhadap gosip?
Bagaiamana caranya?
Apakah kita bisa bebas sepenuhnya dari jeratan ini.
Saya selalu memiliki keyakinan, tidak ada hal yang tidak bisa kita lakukan selama kita masih diberikan hidup oleh Tuhan.
Semua jika dilatih terus-menerus, niscaya pasti bisa.
Awalnya memang agak merepotkan, tetapi kita akan merasakan dampaknya. Menjadi orang-orang yang terbebas dari jerat mautnya.
Bagaimana bisa melatih diri untuk berjarak dengan gosip?
You are what you think!
You are what you read!
You are what you eat!
Tiga kalimat di atas menggambarkan sebuah kalimat pernyataan bahwa apa yang membentuk kita dipengaruhi dari apa yang kita masukkan ke dalam diri.
Semua input yang kita masukkan akan membentuk diri kita.
Bila kita memasukkan sesuatu yang negatif alias toxic maka tentu itu akan membunuh diri kita secara perlahan-lahan.
Maka ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar kita bisa mengendalikan diri dari kebiasaan bergosip.
- Hindari kata-kata yang menjelekkan orang lain
Beri pemahaman pada diri sendiri, kita pun punya kejelekan, sehingga kita memahami, bila kita menjelekkan orang lain, itu sama artinya dengan menjelekkan diri kita sendiri.
- Filter semua pembicaraan yang kita terima
Jangan menelan mentah-mentah informasi yang kita dapatkan, sehingga kita tidak mudah diprovokasi oleh kondisi.
- Bergabung dengan komunitas positif atau pertemanan sehat
Jika kita bergabung dengan komunitas yang baik, maka hal itu juga akan menular ke diri kita.
Kita berhak memilih di lingkungan apa kita akan bertumbuh, berkembang, dan berbuah.
Pilihlah komunitas, lingkungan yang baik untuk diri kita.
- Lakukanlah kesibukan yang membuat skill kita semakin berkembang
Pakailah waktu-waktu yang ada untuk mengembangkan keterampilan kita. Gunakan waktu dengan bijak untuk mengembangkan diri, jika perlu buatlah target-target untuk bisa lebih fokus pada tujuan. Sibuklah! Maka gosip akan berjarak dari kehidupan kita.
- Antisipasi jika teman-teman kita berkurang
Akan ada banyak anggapan pada kita, bahwa kita gak asik banget kalo diajakin ngobrol, entah terlalu kaku lah, atau gak nyambung lah, sok suci lah, dan masih banyak lagi anggapan-anggapan minor pada kita.
Pertimbangkan dengan matang kondisi ini, dan jangan terhanyut dalam pola pikir yang sempit. Ingat akan selalu ada orang baik di sekeliling Anda, jika Anda kehilangan orang karena sebuah hal negatif dan tidak membangun, relakanlah!
5 cara di atas bisa menjadi sebuah panduan sederhana untuk melatih diri dan mengendalikan diri dari bergosip.
Apakah Anda siap?
Jangan biarkan hati kita ditumbuhi kepahitan sehingga justru itu akan membuat diri kita menjadi pribadi yang tidak sehat.
BUDAYA ASERTIF
Apakah budaya asertif itu?Â
Dari arti katanya asertif adalah sikap mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan orang lain.
Sikap asertif bisa menghindarkan kita dari bergosip.
Nyatakan pendapat dengan jujur dan tegas, tetapi tetap sopan, sehingga kita bisa bebas dari uneg-uneg dalam hati.
Biasanya uneg-uneg itulah yang bisa memicu tindakan bergosip.
Gampangnya, asertif adalah jika ya katakana ya, jika tidak katakana tidak. Jika ingin A katakanlah A, jika ingin B ya katakanlah B.
Ada stigma di beberapa budaya kita, kita cenderung menutupi, atau tidak terus terang. Hal ini cenderung akan berpotensi menimbulkan perilaku bergosip.
Asertif bisa dilakukan dan tetap mengedepankan etika, agar tidak terlihat kasar.
Pembahasan selanjutnya adalah pembahasan mengenai hal teknis seputar melatih diri sehingga kita bisa mengurangi bergosip.
Yuk, mari simak disini..
Kita bisa memulai melatih diri dari sekarang. Buatlah semacam tabel untuk membuat target sehingga kita bisa mengukur seberapa jauh pencapaian kita dalam melatih diri berjarak dengan tindakan bergosip ini.
Catatan Harian
Melatih Berjarak dari Bergosip
Kejadian yang Dialami
Evaluasi
Diajak ngomongin sohib sama Meli
Belum bisa menolak, tapi aku janji besok aku akan hindari Meli dan ajak dia makan untuk mengalihkan. (gagal)
Meli masih ngajak gosipin sohib
Aku udah bisa memberi nasehat pada Meli untuk tidak bicarakan kejelekan sohib. (berhasil)
Dan seterusnya
--------
--------
-------
Berikut ini adalah contoh target yang bisa dibuat untuk mengisi waktu luang, sehingga kita bisa menghindari hal-hal yang kontra produktif. Kita bisa membuat sesuai dengan kapasitas diri kita. Jangan terlalu ngoyo, karena pasti teman-teman kita merasa kita terlalu songong, buatlah lebih smooth, sehingga mereka paham bahwa yang kita lakukan bisa berdampak baik, bagi diri sendiri dan mereka, kawan-kawan kita.
Target untuk Mengembangkan Potensi Diri
Â
Target
06/03/21
07/03/21
08/03/21
Les Gitar
Berkata-kata positif
Latihan menjahit
Belajar editing video pro
Bikin 1-2 artikel dalam 1 minggu
dan seterusnya
----
Semoga bermanfaat.
Bila kita selalu memandang keindahan manusia lain, maka tidak akan terbersit sedikit pun keburukan mereka dalam pikiran kita. (Yunita Kristanti Nur Indarsih, Nama Pena : Nita Kris Noer)
Referensi : satu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H