Saat dia telah meninggalkan semuanya demi aku. Justru kugenggam kebengisan egoku untuk melindungi sesuatu yang tidak penting.
Batu Karang itu telah menjadi pelampiasan kegagalanku di masa lalu.
Keangkuhanku lebih menempati ruang terpenting dalam hidupku.
"Pak Anugrah, ini pesanan Bapak..", lamunanku terhenti sejenak karena seorang pelayan kedai kopi yang memberikan Piccolo pesananku.
Peristirahatan sejenak di pojok rest area tol menuju ke kota Nia berada memberikan kekuatan kembali.
“Nia, maafkan aku yang tidak tau diri ini…”
Semoga masih ada kesempatan.
Sebuah kisah fiksi pertama untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H