Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nilai dalam Kenangan Kisah Ramadan Kecilku

24 April 2020   18:43 Diperbarui: 24 April 2020   18:45 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut merupakan pengalaman ramadan yang pernah saya alami dan mungkin tidak dapat terulang saat pandemi ini, yang memberikan makna dan nilai kerukunan serta arti saling menghargai, yang saya dapat bagikan.

Ngabuburit bareng teman

Di tiap sore, saya dan beberapa kawan menantikan saat ngabuburit tiba, dimana kami diberikan kesempatan oleh orang tua kami masing-masing (termasuk saya tentunya) untuk membeli sajian kue-kue kecil khas ramadan yang akan dimakan bersama oleh keluarga sahabat-sahabat saya saat berbuka puasa, dengan berjalan kaki ke pasar yang terletak tak jauh dari perumahan kami berbarengan(terdiri dari 4 sampai 6 orang).

Di pasar tersebut, penjual aneka makanan khas ramadan telah bersiap dan berjejer rapi menantikan pelanggan-pelanggan setia mereka untuk memborong dagangannya. Saya kerap kali diberikan mandat Ibu untuk membeli beberapa jenis kue, untuk diberikan kepada tetangga kami yang akan berbuka puasa.

Mendengarkan ramainya tim musik dadakan yang bertugas membangunkan sahur

Di perumahan kami, saat puasa tiba akan menjadi hal seru untuk teman-teman yang usianya telah di atas kami (kira-kira sudah SMA). Saat setelah melakukan ibadah sholat tarawih mereka (terutama teman laki-laki) akan berlatih lagu-lagu beserta alat musik seadanya berupa gitar, dan alat perkusi seperti gendang sederhana untuk berkeliiling membangunkan sahur  warga, yang akan dimulai sekitar pukul 01.30 WIB.

Mereka mulai berkeliling sambil bernyanyi keras dan membangunkan tetangga-tetangga yang melakukan ibadah puasa. Kira-kira seruannya seperti ini "banguuun, sahuuurr", "Ayoo Bapak, Ibu, Teteh, Aak, banguuun, sahuuurrr".

Ini menjadi tradisi khas tersendiri bagi saya dan keluarga, karena gaung musiknya juga membangunkan kami yang tidak melakukan ibadah puasa, dan biasanya, karena sudah terbangun berkat suara-suara kawan-kawan saya tersebut, saya akan sedikit menggunakan waktu untuk mengulang pelajaran di sekolah, sebelum akhirnya ngantuk dan tidur kembali, hehe.

Ada sebuah pengalaman yang cukup mengejutkan dan tak akan terlupa bagi saya saat itu, ada seorang kawan laki-laki yang nampaknya menaruh hati pada saya dan memanfaatkan momen tersebut untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata berikut, " Nita, Aku suka kamu, ayo banguuun", sontak kaget bercampur malu, karena suara lantang itu didengarkan juga pasti oleh Ayah, Ibu, dan juga tetangga-tetangga kami. Ada-ada aja.

Saling kunjung untuk bersilaturahmi dari rumah ke rumah

Ini momen yang asik bagi saya, kenapa? Karena saya pun ikut beredar untuk berkeliling ke rumah-rumah tetangga untuk mengucapkan selamat Lebaran pada semua orang yang memperingati hari Raya Idul Fitri, tidak peduli apa agamanya. Kami yang berkeliing (usia remaja) akan mendapatkan uang baru berjumlah Rp. 5.000,- hingga Rp. 20.000,- dari penghuni rumah yang kami datangi untuk kami beri selamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun