"Kok keren?"
"Akukan penggemar El Sahdawi hahaha. Di hari hari ini mungkin kau capek, tapi dengan memutuskan bertahan itu artinya kau masih menjadi pemuja harapan dan doa. Masih meyakinkan diri bahwa jodoh itu adalah mereka yang bertahan."
"Ah sudahlah, aku mau buat obat dulu. Tapi sebentar, kutanya dulu. Apa aku masih menarik?"
"Siapa bilang tidak? Kalau aku pemuja fisik sejak dulu kau tidak menarik. Kaj menarik bukan karena fisikmu, ada ketenangan setiap kali kau bilang bahwa kau bersedia ikut denganku kemanapun aku pergi jika menikah denganmu!"
"Bahasan itu lagi!"
"Hei, kau harus mengenal dirimu lebih baik Na! Kau sakit dan sekarang kau harus mengenal semua kekuatan itu, menemukan dirimu seperti yang kutemukan"
"Lantas siapa yang akan menikahi perempuan sakit yang saban sore menggigil?"
"Aku! Lihat saja nanti!"
***
Sore itu nyatanya jadi terakhir percakapan, Li menghilang. Ia tidak pernah lagi menghubungi Na. Na? Masih menjalani hidupnya senormal mungkin. Dia tidak berhenti. Meski terbaring masih mengajar, tidak peduli apapun. Anehnya lagi, murid-muridnya, tidak pernah berhenti belajar. Mereka menyukai Na.
"Sudah kubilang, tidak ada yang ingin menikahi orang sakit. Menyusahkan saja!" Ujar Na ketus setiap kali ditanya apakah Na mau menikah.