Na melangkah cepat. Entah cerita apa yang ditemui sore ini. Sore lalu, seorang lelaki berusia 30 tahun, belum menikah terkena struk setengah badan, tangannya cengkok.
"Saya bahkan ditinggalkan menikah oleh perempuan yang saya cintai ketika semua persiapan sudah mantap namun tiba-tiba saya struk dan semuanya berlalu begitu saja"
Sudut mata lelaki itu sudah tidak punya penyesalan lagi, dia tersenyum dengan mulut tidak sempurna saat menceritakan itu. Na sudah sebelas hari bertemu dengan lelaki itu, mereka sudah sering bercerita dimulai dari basa-basi "sakit apa?"
Perjalanan terasa singkat, pintu rumah tukang urut seolah lubang gua kelam yang tidak ada cahaya bagi Na, seumpama memanggilnya pada kematian sementara. Na memasuki rumah tersebut.
"Sudah datang Nong? Coba tertawa dulu" sapa sang pengobat
Na tertawa. Abu Yed, begitu lelaki tua yang tidak pernah segan mengetok kaki, tangan, menarik dan memperapat kepunyaan pasiennya, tidak peduli pada teriakan mereka.
"Alhamdulillah, mulai membaik. Masih gugup hari ini?"
Na kembali tersenyum, tidak menjawab.
"Sakit apa?" Tanya seorang nenek yang memangku tangannya, terkena struk.
"Ini" tunjuk Na.
"Penyakit tidak pernah memandang usia ya."