"Setidaknya ikhtiar"
Na sudah tidak menyimak lagi pembicaraan tersebut, ia sudah gugup, sebentar lagi gilirannya.
Pengobatan itu selesai, air mata Na tidak berhenti mengalir, ia menahan sakit tanpa berteriak.
"Semoga cepat sembuh" doa Nenek yang antri setelah Na.
Di sana unik sekali, kadang menertawakan kawan yang sedang diobati dan berteriak-teriak, kadang saling mendoakan agar segera sehat. Lebih banyak saling mendoakan. Na menatap lelaki di atas kursi Roda, menyeringai, lelaki itu tersenyum. Na mengangguk lantas pamit pulang pada semua orang.
Begitu kaki menginjak rumah, deringan telepon masuk. Sebuah panggilan video.
"Apa kabarmu kekasih?" Begitu diangkat wajah Li jelas terlihat di sana, segar.
"Aku, begini saja!" Na menyeringai
"Bagiku, kau semacam tidak sakit, kau masih cantik seperti ingatanku pada awal bertemu di teluk lalong"
"Halah, alasanmu. Paling karena di depanku saja"
" Segala dosa yang kita lakukan bersama dan bahkan barangkali aku yang menjadi pemicu, aku meminta maaf, lalu memulai lembaran baru masih denganmu."