Nisrina Sri Susilaningrum, no. 09
“Dor!!!”
Letusan pistol itu menyadarkanku. Dr. Jalal terduduk di depan pintu dengan kepala berlubang. Pikiranku bergerak cepat, aku harus membereskan mayatnya. Kuambil jas praktek dan kemejanya serta jarum suntik yang tergeletak tak jauh dari kakinya.
Kupotong rambutku hingga pangkal leher dengan belati pembelian Ran, kuambil kacamata yang tergantung di dada dr. Jalal. Dengan tubuhku yang kurus, rambut cepak, dan kacamata, sepintas mereka tak akan menyangka bahwa aku termasuk pasien rumah sakit ini.
Kriiiiiiiiiiiiiiiing…
Tiba-tiba terdengar dering alarm kebakaran di kejauhan. Pintu kamarku terbuka secara otomatis, bersamaan dengan semburan air dari plafon kamar. Dengan santai, aku melangkah menuju ruang arsip rumah sakit. Di sekelilingku orang-orang kalang kabut keluar ruangan, terutama perawat dan dokter, sedangkan pasien masih banyak yang santai di kamarnya. Tak menyadari bahaya.
Entah mengapa kakiku bisa tepat melangkah menuju ruang arsip, sepertinya sudah amat hafal dengan rumah sakit ini. Kucari file dengan nama Anna Kalashnikov, dan segera kutemukan di file VVIP. Tumpukan berkas tebalnya hamper 30 cm. tanpa pikir panjang semuanya kumasukkan dalam tas kerja dr. Jalal.
Ketika akan keluar, aku baru sadar ternyata ada seseorang yang sedari tadi mengamatiku.
“Ran?” seruku dengan agak kaget.
“Tak usah kaget begitu, aku hanya ingin memastikan bahwa kau memang telah mengubah penampilanmu.”