Mohon tunggu...
Nisrina Sri Susilaningrum
Nisrina Sri Susilaningrum Mohon Tunggu... Guru - Great Learner

Great Learner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 2] Bulan Merah Darah

20 November 2015   09:25 Diperbarui: 20 November 2015   12:11 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bangun megap-megap dengan peluh bercucuran, dalam cahaya lilin yang remang-remang.

*****   

Malam ini cuaca amat panas. Aku keluar dan duduk di balai bambu belakang rumah mbok Minah. Kupandangi bulan yang terlihat pucat, ditemani segelas teh dan ubi rebus.

Masih jelas terngiang kata-kata Lurah sialan itu tentang bapak. Bagaimanapun juga, aku harus mencari tahu kebenarannya. Aku tak mau sampai mati mesti memendam penasaran.

Sekilas kulihat lagi bulan di atas sana. Ternyata kini tak pucat lagi, permukaannya penuh dengan titik-titik merah yang lama-kelamaan membesar menjadi darah yang siap menetes.

Kupandangi lagi dengan seksama, dan sekarang bulan telah menjadi merah darah. Benar-benar merah darah!

Kudengar Mbok Minah memanggil dari dalam.

“Sukma...”

“Ya, Mbok,” sahutku

Ketika wajahnya muncul di pintu, dia langsung menjerit melihatku

“Sukmaaaaaa!!!” teriaknya dengan wajah ngeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun