Mohon tunggu...
Nisrina Sri Susilaningrum
Nisrina Sri Susilaningrum Mohon Tunggu... Guru - Great Learner

Great Learner

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 2] Bulan Merah Darah

20 November 2015   09:25 Diperbarui: 20 November 2015   12:11 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terdiam. Bapak? Benarkah bapak sebejat itu?

“Aku tak akan percaya begitu saja omongan lurah gila sepertimu,” semburku

“Hahaha... Itu terserah padamu, saat ini aku hanya ingin memilikimu seutuhnya, Sukma…”

Dengan amat terpincang Pak Sadikin berhasil bangkit, membuatku surut ke belakang sambil kedua tangan memegang tongkat besi dengan lebih erat, siap mengayunkan sabetan terkuatnya.

Namun belum sempat aku melakukan apapun, ketika samar kulihat ada yang sesuatu yang merambat pelan di belakang Pak Sadikin, membuatku tersenyum tipis ketika mengetahui bahwa sesuatu itu adalah rambut yang amat panjang, yang langsung melilit kaki Pak Sadikin. Ya, hanya rambut. Entah kepalanya di mana.

“Rambut sialan! Darimana datangnya, sih?”

Seketika Pak Sadikin ambruk. Namun tetap saja dia belum kapok, dan mencoba bangkit kembali.

Tak kuberi dia kesempatan, kupukulkan tongkat besi ke kepalanya, lagi dan lagi hingga terdengar bunyi “krek” baru aku berhenti. Kulihat kepalanya telah hancur, otaknya mengintip dari sela-sela retakan, dan wajahnya sudah tak berbentuk, tak dapat dikenali lagi. Tubuhku bergetar, besi itu jatuh dari tanganku.

Rambut tanpa kepala yang melilit kaki Pak Sadikin telah pergi, meninggalkan tusuk konde yang termangu sendirian. Bukankah itu konde ibuku?

Untuk beberapa saat kupandangi ruangan ini. Kucari-cari sosok mbok Minah yang tadi kepalanya hampir putus, tapi tak ada. Di lesung jamu juga tak ada. Dimana-mana tak ada. Lalu yang kulihat sedang ditumbuk Pak Sadikin tadi apa?

Aku termenung sejenak. Bapak, Ibu, manakah yang harus kupercaya kini? Aku lelah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun