*****
Malamnya, mereka tlah siap pada posisi masing-masing. Menunggu di tempat serigala biasa menghabiskan malam.
Serigala datang, duduk tidak tenang, kemudian beranjak pergi. Leo dan Elang mengikuti hati-hati. Beberapa saat, sampailah mereka di pinggiran hutan, di sebuah bukit kecil yang sunyi. Sesosok bayangan menunggu. Leo terkejut, ia kenal sosok itu.
“Bagaimana perkembangan hari ini?” Tanya sosok itu pada serigala.
Leo terpukul, ia semakin yakin siapa sosok itu.
“Lancar, Tuan. Sisa racun bunga Daphne untuk Tuan Leon waktu itu sudah dilenyapkan.”
Leo bagai disambar petir. Jadi, ayahnya meninggal karena diracun, bukan karena sakit seperti yang dikatakan oleh tabib kerajaan? Oh...jangan-jangan selama ini di dalam istana telah disusupi pengkhianat. Aku memang bodoh, tidak peka terhadap hal-hal seperti ini. Pantas saja ayah berpesan untuk selalu waspada.
Elang berbisik membuyarkan lamunan Leo, “Kau tunggu di sini, aku akan memanggil teman-teman. Kau harus kuat, Leo.” Leo hanya mengangguk.
“Aku mencium bahaya, apakah kau datang bersama yang lain?” Sosok itu bertanya
Serigala menggeleng, “Tidak, Tuan.”
Tiba-tiba, Leo muncul, “Dia datang sendiri, paman. Akulah yang mengikutinya,” Ujar Leo.