Tahun 2015/2016, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)/AEC (ASEAN Economic Community) telah dirilis sebagai integrasi ekonomi dalam sistem perdagangan bebas demi pemerataan ekonomi di seluruh ASEAN. Sayangnya, baru 4-5 tahun MEA berjalan, krisis pandemi melemahkan hampir semua sektor kehidupan, tak terkecuali ekonomi.
Di 2023, Indonesia sebagai Ketua ASEAN memprioritaskan bidang ekonomi agar segera pulih dan kembali menguat bersama ('Recover Together, Recover Stronger').Â
Konektivitas Sistem Pembayaran Lintas Negara/RPC (Regional Payment Connectivity) secara digital/non-tunai pun dipilih karena potensi terefektifnya dalam menguntungkan negara-negara ASEAN, terutama untuk efisiensi biaya perdagangan dan pariwisata yang limbung selama pandemi.
Keluhan yang saya dengar dari sejumlah handai taulan, rekan, dan teman yang pernah mengunjungi ASEAN yaitu kemudahan berupa bebas visa antar ASEAN itu sering tak sebanding dengan kerepotan tiap kali harus menukar mata uang lokal saat di negara tujuan.Â
Selain itu, transaksi ekspor dan impor sesama negara ASEAN yang selama ini masih (sangat) tergantung dengan nilai kurs dolar AS juga membuat mahalnya biaya konversi ganda bagi pengusaha, terutama pelaku UMKM di daerah wisata.
Maka itulah, peran aktif Bank Indonesia (BI) dalam mewujudkan RPC berupa QR Code Antarnegara dan LCS/Local Currency Settlement (penyelesaian transaksi bilateral) di ASEAN patut kita apresiasi serta dukung sosialisasinya.Â
Di Bali, dipimpin Gubernur BI, Perry Warjiyo bersama Nor Shamsiah Yunus (Gubernur Bank Negara Malaysia/BNM), Mamerto E. Tangonan (Deputi Gubernur Bangko Sentral ng Pilipinas/BSP), Ravi Menon (Managing Director of Monetary Authority of Singapore/MAS), dan
Ronadol Numnonda (Deputi Gubernur Bank of Thailand/BOT) telah menandatangani MOU (Memorandum of Understanding) RPC pada 14 November 2022.
Lalu, apa sajakah keuntungan dengan hadirnya RPC? Berikut ini potensi meraup cuan via RPC untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama di Asia Tenggara seperti cita-cita founding fathers ASEAN 56 tahun lalu. Selamat membaca.
Laba ekonomi digital akan optimal
Manakah favorit Anda, Gojek dan Tokopedia/GoTo atau Grab dan Shopee? Apapun pilihan rutinnya, ternyata GoTo di Vietnam makin eksis saat Grab dan Shopee juga aktif berekspansi di Indonesia.
Survei  'e-conomy SEA 2022' dari Google, Temasek, dan Bain & Company menunjukkan Gross Merchandise Value/GMV (nilai total transaksi) ekonomi digital Indonesia yaitu USD 77 miliar atau tumbuh 22% dari 2021.Â
Data dari Google Trends 2021 di enam negara ASEAN: Indonesia, Vietnam, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina tersebut juga mendapati dua negara dengan pertumbuhan e-commerce tercepat di ASEAN: pertama Vietnam, kedua Indonesia.