Faktor kepraktisan membuat saya lebih memilih untuk membeli sabun lerak yang siap pakai. Kita bisa membelinya secara daring (online) via sejumlah lokapasar (marketplace) yang ada.
Bagi kita yang telah terbiasa dengan sabun deterjen, minimnya busa yang dihasilkan sabun lerak mungkin akan membuat kita bertanya-tanya tentang kualitas kebersihannya.Â
Padahal, jumlah busa itu tak menjamin sama sekali kualitas kebersihan sabun cuci lho.
Semakin banyak busanya, maka semakin tercemar pula air limbahnya dan sebaliknya. Pengamatan saya mendapati bersihnya pemakaian sabun lerak plus efektif mengurangi bau apek, terutama saat menjemur di musim hujan yang irit sinar matahari.
Buah lerak (soapberries/soapnuts) ini juga termasuk buah tropis yang banyak terdapat di Indonesia. Saat mencuci pakaian dengan lerak, berarti kita telah mendukung usaha petani lokal.
2. Keringkan tanpa mesin cuci
Alat elektronik ikut menyumbang emisi gas karbon (carbon footprint) yang menyebabkan pemanasan global terus meningkat. Mesin cuci, khususnya alat pengeringnya, termasuk salah satunya pula.
Baju yang dijemur bisa kering tidak hanya karena sinar matahari, namun juga tiupan angin.Â
Di pagi hari sebelum matahari naik, angin relatif lebih kencang daripada saat matahari telah bersinar terang.
Pengeringan pakaian tanpa mesin cuci juga membuat serat baju tak mudah molor (melonggar). The power of papan cucian dan memeras baju basah dengan tangan itu mantap lho!
Tagihan listrik pun berkurang saat kita tak (selalu) memakai mesin cuci. Senang kan saat kita bisa hidup ramah lingkungan plus minim biaya pula? Hehehe...