***Â
Hari demi hari berlalu dan kegiatan KKN kami tetap berlangsung. Anak-anak yang setia hadir dalam kegiatan kami lambat laun makin akrab denganku dan rekan-rekan kelompok. Dengan bimbingan Pak Dosen Pengampu, secara garis besar program kami berjalan baik dan tanpa kendala. Lebih dari itu, program kami menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap bacaan. Tentu hal ini jadi pembuka yang baik untuk mereka menguasai baca, tulis, hitung, sampai akhirnya membaca buku.Â
Tak terasa kami telah berada di penghujung tenggat. Tugas rekan-rekan kelompokku telah usai, tersisa tugasku untuk merapikan laporan dan mendata nama anak-anak yang menjadi peserta kegiatan KKN kami.
Pak Dosen Pengampu berhalangan hadir ke RPTRA hari ini. Tak mengapa, toh aku tetap bisa bertukar laporan dengan Bu Pengelola RPTRA. Dikawal suara keyboard di perangkat masing-masing, kami mengobrol ringan.Â
"Bu, di sini ramai banget ya. Biarpun pandemi, semua tetap asyik sama kegiatan mereka. Yang di luar, tetap keluar, meski sudah dilarang pemerintah," aku tertawa sambil berusaha membuka obrolan.
"Oh, iya ... di sini memang agak kacau, Mbak." Ia balas tertawa. "Memangnya kegiatan di luar yang Mbak lihat itu yang mana?"
"Iya, kayak rombongan Ondel-Ondel keliling yang beberapa waktu lalu berisik itu," kataku. "Mana gak pakai masker lagi. Berani amat."
Bu Pengelola tampak menahan senyumnya sambil fokus ke layar komputernya.Â
"Terus, ada juga ibu-ibu yang waktu itu datang ke sini, gak pakai masker juga. Dandanannya aneh, lagi."
Bu Pengelola mulai tak fokus dengan komputernya, alisnya berkerut mendengar ocehanku.
"Pakai encim dan payung Betawi jadul, gitu. Kontras banget sama ibu-ibu lainnya."