Senyap. Taat.
“Apa yang akan Saya putuskan tentang cinta jadikan sebagai keputusan yang abadi sifatnya,” lanjut-Nya.
Diam. Patuh.
“Saya hukum kalian sesuai dengan catatan memori kalian masing-masing yang disebut pahala dan dosa,” kata Tuhan.
Tak bersuara semua menunduk ke Bumi.
Lanjut-Nya: “Jadi kalian tak usah ribut karena sesungguhnya semua itu perbuatan kalian sendiri yang kalian catat sendiri dalam memori keabadiaan kalian.”
“Oh,” suara desah sama koor para manusia karena tercipta rasa yang sama di akhirat sana.
“Maka Saya tak akan menghukum kalian karena rasa cinta,kemanusiaan, keindahan, HAM, dan ketuhanan yang kalian rasakan. Karena sesungguhnya rasa itu adalah friksi Saya dalam jiwa manusia,” beber Tuhan.
“Syukurlah!” desah bersama manusia.
“Namun, di hari Valentine’s ini Saya akan mengumumkan hukuman bagi yang tidak adil para manusia koruptor yang jelas melanggar agama-agama dan keyakinan-keyakinan yang Saya ciptakan buat kalian agar menjadi pedoman keindahan hidup bagi manusia dalam kehidupan di Bumi,” titah Tuhan.
“Lutfi. Riza. Satya. Yanti. Angie. Andi. Anas. Rizal. Rusli. Andri. Urip. Arli. Hadi. Gatot. Nazar. Zul. Anggo. Yono. Wa. Abu. Surya. Raden. Rudi. Jero. Sutan. Nur. Joko. Imba. Fuad. Beesye. Gibas. Lulus.” kata Tuhan.